Senin 18 Jan 2016 21:56 WIB

Air Mawar Sangat Penting dalam Khazanah Kedokteran Islam

Cautery dalam dunia kedokteran Islam (ilustrasi).
Foto: muslimheritage.com
Cautery dalam dunia kedokteran Islam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kendati tak disebutkan secara menonjol dalam Alquran, mawar dan air mawar bisa dibilang meresap ke dalam setiap aspek kebudayaan Islam. Tak hanya menjadi tanaman penting dalam taman-taman Islam, mawar juga menempati posisi istimewa di kalangan para tabib, pembuat wewangian, sastrawan, dan filsuf seperti Jalaluddin Rumi dan Ruzbihan Baqli yang menggambarkan mawar merah sebagai bagian dari keindahan dan kemuliaan Tuhan.

Tak hanya menjadi pewangi tubuh, air mawar juga menjadi bumbu masakan yang populer di kalangan masyarakat Muslim, mulai dari Afrika Utara hingga India. Air mawar pun merupakan sesuatu yang sangat penting dalam khazanah kedokteran Islam. Air ini biasa digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, mulai dari tuberkulosis hingga gangguan perut dan mual.

Di antara sejumlah negara Timur Tengah yang memproduksi air mawar, Oman adalah penghasil terbesar. Tak hanya di kawasan Timur Tengah, kemampuan Oman dalam menghasilkan air mawar berkualitas juga telah dikenal dunia. (Baca: Tujuh Ribu Pohon Mawar Oman)

Dari Oman, air wangi ini dikirim ke sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Iran dan Arab Saudi, untuk digunakan sebagai bahan baku kuliner, farmasi, dan kosmetik.

Pada Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, permintaan air mawar meningkat. Pada momen istimewa itu, air mawar biasa digunakan untuk penyedap dalam minuman, custard, jeli dan makanan penutup lainnya. Di Oman, air mawar juga biasa digunakan untuk campuran teh dan halwa.

Tak hanya itu, air mawar juga terkenal dalam kosmetik tradisional Timur Tengah. Misalnya, celak hitam (bubuk antimonium sulfida yang digunakan sebagai eyeliner oleh para wanita di seluruh Jazirah Arab) kerap kali dibuat dengan campuran air mawar. Sayangnya, pada tahun ini, hasil panen mawar di Oman tak sebaik tahun-tahun sebelumnya.

"Tahun ini tanaman mawar tidak baik dan panennya berakhir lebih awal," kata Asisten Direktur Jenderal pada Kementerian Pertanian Oman, Yahya bin Nasser bin Saif Al-Riyami, seperti dikutip laman Arab News, pekan lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement