Senin 18 Jan 2016 09:08 WIB

Kisah Al Fatih Sang Pemberani

Lukisan saat Sultan Muhammad al-Fatin merebut kota Konstantinopel
Foto: IST
Lukisan saat Sultan Muhammad al-Fatin merebut kota Konstantinopel

Oleh Fahmi A Pane

REPUBLIKA.CO.ID, Umurnya baru 22 tahun ketika dilantik sebagai khalifah. Namun, Sultan Muhammad II bergelar Al Fatih itu berani dan yakin memutuskan membebaskan ibu kota Romawi Timur, Konstantinopel (kini Istanbul), untuk mewujudkan janji Nabi Muhammad SAW bahwa, ''Konstantinopel akan ditaklukkan di tangan seorang laki-laki.

Maka orang yang berkuasa di sana adalah sebaik-baiknya penguasa, dan tentaranya adalah sebaik-baiknya serdadu.'' (HR Ahmad). Dua tahun kemudian (tahun 1453) beliau sukses memenuhi janji Nabi (Dr Ali M Ash Shalabi dalam Daulah Utsmaniyah).

Pengambilan keputusan itu jelas perlu keberanian tinggi. Betapa tidak, puluhan khalifah (pemimpin Islam pengganti Nabi SAW) sebelumnya selalu gagal. Apalagi, tidak sedikit para pejabatnya yang membujuk agar mengurungkan niatnya dengan alasan Daulah Islam takkan mampu melawan aliansi Romawi Timur dan negara-negara Eropa.

Keberanian Muhammad II juga terbukti di lapangan. Beliau benar-benar berada di antara pasukan Muslim dan musuh. Padahal, mereka hanya berjarak puluhan meter. Lalu, karena Konstantinopel dikelilingi laut, maka saat melakukan itu guna memompa semangat juang pasukannya, beliau menceburkan diri bersama kudanya hingga permukaan laut mencapai dada kudanya.

Bahkan, saat berjihad di kawasan Balkan (Bosnia, Serbia, Kroasia, dan lain-lain) beberapa tahun kemudian, setelah pasukan beliau sempat dipukul mundur oleh pasukan musuh yang menghadang dengan meriam-meriam di balik pepohonan, Muhammad II berinisiatif memacu kudanya secepat mungkin mencapai hutan, tempat musuh berada. Tindakan yang diikuti serdadunya itu membuat musuh tidak sempat lagi menghujani mereka dengan mortir.

Inilah profil seorang pemimpin umat terbaik. Bahwa seorang pemimpin wajib mempunyai keberanian melebihi orang yang paling berani dari rakyatnya, bahkan tentaranya. Berani membuat keputusan, berani mempersiapkan dan mempertahankannya hingga berhasil, dan berani melawan siapa dan apa pun yang menghadang, termasuk meriam sekalipun. Bagaimanapun, ''Sesungguhnya imam (pemimpin/ kepala pemerintahan) itu seperti perisai (bagi rakyatnya).'' (HR Muslim). Perisai berfungsi melindungi, dan selalu lebih dulu menghadapi ancaman dan serangan.

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement