REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta Ahmad Luthfi Fathullah meminta agar Presiden Joko Widodo lebih sering untuk datang ke majelis taklim. Dengan begitu, interaksi antara ulama dan umara (pemimpin) menjadi lebih intensif.
“Yang enak tuh presiden hadir di majelis taklim. Sekarang kan para pemimpin itu menjadikan peringatan hanya bersifat seremonial. Mereka jarang mendengar, mereka hanya berbicara,” kata Kiai Luthfi kepada Republika beberapa waktu lalu.
Kiai Luthfi menyampaikan, umat Islam memiliki media untuk menasehati pemimpin yang tidak dimiliki umat lain, yaitu Jum’atan yang dihadiri para pemimpin wilayah atau negara. Di ruang ini, para ulama memiliki kesempatan untuk menasehati dan mengingatkan mereka.
Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah sekaligus Pemimpin Pusat Kajian Hadis ini menekankan dalam memberikan kritik, sosok pemimpin tidak boleh selalu disalahkan. Ia perlu diingatkan akan besarnya pahala dan balasan dari Allah SWT apabila tanggung jawab dalam memimpin dilaksanakan dengan benar.
“Jangan hanya mengancam dan menjelekkan, tapi lupa untuk menyampaikan janji Allah yang begitu besar untuk para pemimpin,” ujar dia.
Dalam memberikan kritik, seseorang juga harus mempertimbangkan bahaya yang ditimbulkan. Apabila kritik itu menyertakan data atau fakta yang dapat membahayakan negara, hendaknya tidak disampaikan secara terbuka. Meme yang berisi ejekan atau olok-olokan hendaknya juga tidak dibuat, sebab kritik harus disampaikan dengan cara yang santun. Adapun meme atau komik yang santun dan berisi kritik yang membangun boleh disebarluaskan.