REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Schwetzingen tidak lagi digunakan sebagai tempat shalat. Saat ini, Masjid Schwetzingen hanya difungsikan sebagai bangunan bersejarah dan objek wisata, seperti halnya bangunan lainnya yang berada di dalam kompleks Istana Schwetzingen. Kecuali hari Senin, bangunan Masjid Schwetzingen terbuka bagi kunjungan masyarakat umum.
Dirancang dan dibangun pada 1779 oleh arsitek berkebangsaan Prancis, Nicolas de Pigage (1723-1796). Proses pembangunan kompleks Masjid Schwetzingen sendiri memakan waktu 15 tahun lamanya (1779-1796). (Baca: Masjid Schwetzingen Simbol Toleransi di Jerman)
Masjid Schwetzingen merupakan bangunan terbesar pertama yang mengedepankan gaya arsitektur oriental di sebuah negeri berbahasa Jerman. Pigage menggabungkan elemen-elemen dari arsitektur Islam Moor dengan eksotisme dari kisah-kisah dongeng Seribu Satu Malam.
Tak hanya sebatas itu. Oleh sang arsitek, Masjid Schwetzingen juga dirancang dan dibangun dengan menggunakan konsep taman. Karenanya, masjid ini menjadi masjid taman pertama yang dibangun pada abad ke-18, dan hingga kini masih berdiri megah di kawasan Eropa. Taman yang berada di sekeliling bangunan masjid mengadopsi konsep taman-taman di Turki.