REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas Muslim, namun belum mampu menyinergikan seluruh kekuatan sumber daya manusia Muslim untuk membangun negara di semua sektor.
"Di bidang politik kita belum menjadi tuan di negeri sendiri," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, akhir pekan lalu.
Dalam banyak hal, Haedar menyadari bahwa sebagai umat Islam belum bisa bersatu. Baik dalam kekuatan Islam yang tergabung di organisasi kemasyarakatan maupun bersatu pada partai politik.
Lantaran ketika masuk dalam arena kekuasaan, umat Islam sering saling berebut kursi kekuasaan dengan cara yang tidak arif dan bijaksana.
"Sehingga kita tidak bisa meraih kemenangan," ujarnya.
Yang mesti umat Islam renungkan bersama-sama, menurutnya, bahwa dalam segi jumlah agama Islam di Indonesia paling banyak di bandingkan dengan agama lain. "Akan tetapi ekonomi masih menengah ke bawah," katanya.
Untuk mengatasi masalah itu, diperlukan muhasabah bersama-sama agar bisa membangun peradaban kedepan terutama untuk hal yang menyangkut penguatan politik dan ekonomi.
"Sehingga Indonesia kedepan itu dihuni oleh penduduk mayoritas Muslim yang berdaya secara ekonomi dan politik," katanya.
Untuk dapat meraih itu semua, kata dia tentu harus ada perjuangan panjang dan kesungguhan dari setiap pribadi umat Muslim.
"Jadikan Indonesia ini menjadi Darul ahdi wa syahadah," katanya.