REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PB Nahdlatul Ulama Muhammad Sulton Fatoni mengecam tindakan beberapa mahasiswa Muslim yang menghadiri ibadah malam Natal di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan pada Kamis (24/12) lalu. Menurut dia hal itu merupakan tindakan mencampuradukkan ajaran agama, bukan lagi sebagai bentuk toleransi beragama.
"Para tokoh agama harus menjaga agamanya masing-masing dari upaya pencampur-adukan ajaran agama," katanya melalui siaran pers pada Senin (28/12).
Jika dibiarkan, dia mengatakan, maka akan berdampak pada ketegangan umat beragama, bukan keharmonisan umat beragama. Contoh yang terjadi di GKJ Margoyudan tersebut adalah aksi nyata toleransi yang kebablasan. Dia menegaskan bahwa seharusnya pihak gereja melarang sekelompok umat Islam tersebut menghadiri ibadah agamanya.
Tidak hanya itu, dia juga meminta agar UIN Sunan Kalijaga, sebagai universitas almamater para mahasiswa tersebut juga perlu diperiksa tentang informasi bahwa dosen Ushuluddin di kampus tersebut adalah non Muslim. Sebab tidak tepat jika dosen non Muslim mengajar Ushuluddin di kampus Muslim.
"Jika hal itu benar terjadi, tentu ini bisa mengundang 'tragedi sosial kebudayaan' di Indonesia," katanya menegaskan.