REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pemerhati masalah media dan anak dari Universitas Muslim Indonesia Hadawiah, Makassar memperingatkan semua pihak mewaspadai rekayasa global terhadap anak.
"Untuk menghancurkan suatu bangsa, berikut generasinya, tidak lagi dilakukan dengan perang secara terbuka namun dapat melalui rekayasa global," kata Hadawiah, Kamis (24/12).
Menurut kandidat doktor Universitas Padjajaran ini, anak-anak sebagai generasi penerus bangsa harus dijaga dari rekayasa global.
Berkaitan dengan hal itu, dia mengingatkan agar orang tua agar lebih peduli terhadap anak dengan memperhatikan pertumbuhan dan pengaruh lingkungan terhadap anak-anaknya.
Dia mengatakan, saat ini terjadi gempuran rekayasa global dari negara-negara maju yang ingin mendikte negara-negara yang masih memiliki ketergantungan seperti Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Rekayasa global itu, lanjutnya, dapat dilakukan melalui siaran televisi. Caranya dengan menciptakan siaran yang memiliki daya tarik dan membawa arus sehingga secara sadar atau tidak, anak-anak mengikuti isi pesan siaran tersebut.
"Anak-anak kita akan dihancurkan dengan menciptakan daya tarik siaran yang sebenarnya dapat menyebabkan degradasi moral dan keyakinan terhadap nilai-nilai ajaran agama, norma budaya dan sebagainya," ujarnya.
Sebagai contoh, ungkapnya, paket siaran sahur Ramadhan yang ditampilkan stasiun TV swasta, lebih banyak menonjolkan kesan hura-hura dan sarat humor. Ternyata dibalik itu semua ada tema-tema siaran yang berbahaya terhadap anak-anak dan dunia pendidikan.
Karena itu mulai dari sekarang, bahaya rekayasa global itu harus diantisipasi dengan membentengi anak-anak dengan pendidikan akhlak yang baik mulai di tingkat rumah tangga hingga bermasyarakat.