Kamis 17 Dec 2015 21:25 WIB

Jelang Natal, Pemuda Muslim Tasikmalaya Akan Jaga Gereja

Rep: Andi Nurroni/ Red: Andi Nur Aminah
 Petugas kepolisian melakukan pengamanan di gereja .(Republika/Prayogi)
Petugas kepolisian melakukan pengamanan di gereja .(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Menguatnya faham radikal dan sikap intoleransi antarumat beragama menjadi kekhawatiran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Mengantisipasi potensi teror dan kekerasan menjelang Hari Raya Natal 2015, FKUB Kabupaten Tasikmalaya akan berpartisipasi dalam pengamanan gereja. 

Ketua Bidang Pengambangan Kerukunan Umat Beragama FKUB Tasikmalaya KH Utawijaya Kusumah menyampaikan, personel pengamanan gereja direkrut FKUB dari kalangan pemuda. Para pemuda yang terlibat, dia mengatakan, adalah anggota satgas Gerakan Nasional Hidup Rukun (GNHR) Kabupaten Tasikmalaya, yang telah dideklarasikan beberapa waktu lalu.

Utawijaya mengatakan, mereka adalah pemuda yang berhimpun dalam sayap organisasi kepemudaan ormas-ormas Islam yang ada di Kabupaten Tasikmalaya. Seperti dari NU, Muhammadiyah, Persis, PUI, dan lain-lain.

Selain itu, ia menambahkan, para pemuda juga berasal dari organisasi kepemudaan yang bergabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Tasikmalaya dan organisasi Karang Taruna di Tasikmalaya. 

“Kita punya satgas, masing-masing lima orang di 39 kecamatan. Mereka nanti kita bagi ke gereja-gereja,” ujar Utawijaya dijumpai di kediamannya di Tasikamalaya, Kamis (17/12).

Utawijaya menjelaskan, di Kabupaten Tasikmalaya, ada tiga gereja yang akan dijaga. Dua adalah gereja Protestan, sementara satu lagi adalah gereja Katolik. Hampir 200 pemuda satgas Gerakan Nasional Hidup Rukun (GNHR), menurut Utawijaya, akan dibagi untuk pengamanan tiga gereja tersebut.

“Kita sudah koordinasi dengan kepolisian. Mereka (pemuda) nanti menjadi ring satu dan diberi tanda khusus sebagai petugas pengamanan yang terkoordinasi,” ujar tokoh NU Tasikmalaya itu.

Dia mengatakan koordinasi juga telah dilakukan dengan Badan Musyawarah Antar-Gereja (Bamag). Menurut dia, pihak gereja menyambut baik inisiatif partisipasi pengamanan natal dan siap membantu kebutuhan teknis di lapangan.

Menurutnya, tak hanya sekadar perangkat pengamanan Natal. Satgas ini juga dibentuk sebagai strategi menangkal paham radikal dan sikap intoleransi. Mereka, kata Utawijaya, bekerja di desa dan kecamatan masing-masing untuk menjadi agen-agen kerukunan sosial melalui pendekatan humanis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement