Senin 14 Dec 2015 20:43 WIB

Pengembala Miskin Terpilih Pimpin Bani Israil

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Sha'arayim, tempat yang diyakini medan perang antara Daud, Thalut,dan Jalut.
Foto: Youtube
Sha'arayim, tempat yang diyakini medan perang antara Daud, Thalut,dan Jalut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencarian ternak yang hilang menjadi jalan Thalut menerima perintah langsung dari Samuel untuk memimpin Bani Israil. Thalut dan Samuel bertemu di puncak bukit setelah mendapatkan saran dari orang-orang yang ditemuinya ketika mencari salah satu ternaknya yang hilang. Thalut yakin bahwa orang yang dia temui itu adalah Samuel, utusan Allah SWT, hal itu terlihat dari tanda kenabian Samuel.  

Ketika awal pertemuan, keduanya saling memandang, wajah Samuel menatap tajam wajah Thalut, dalam hatinya, Samuel bergumam bahwa orang yang baru saja dilihatnya itu adalah orang yang ada dalam wahyu Allah.

Thalut memulai percakapan. "Saya datang menemui Tuan, hai Nabi Allah, untuk meminta keterangan dan petunjuk tentang keledai bapakku yang hilang di tengah padang yang luas ini," ceritanya.

(Baca: Sepeninggal Nabi Musa, Bani Israil Terpecah)

Thalut melanjutkan percakapan ketika Nabi Samuel belum melepaskan pandangan terhadap wajahnya. "Sudah menjadi perintah Allah bahwa kita hamba-Nya jangan berputus asa. Mudah-mudahan Tuan kiranya dapat menunjukkan kepada kami di mana keledai itu dengan ilmu tuan miliki," katanya.

Samuel lalu menjawab, "Adapun, keledai yang hilang itu sekarang sedang berjalan pulang menuju kandangnya," katanya.

Samuel menyarankan supaya Thalut tidak lagi susah payah mencari ternaknya yang hilang. Setelah memberikan saran kepada Thalut, Samuel menyampaikan bahwa Allah SWT telah memberikan amanat kepadanya untuk menjadi pemimpin dari kaum Bani Israil untuk berperang dan mempersatukan kaum dan menyusun kekuatan mereka untuk menghadapi musuh-musuh yang sudah lama menjajah Bani Israil. 

"Allah sudah menjanjikan pertolongannya bagi engkau. Engkau akan mendapatkan kemenangan dalam pertempuran dengan penjajah itu,"

Mendengarkan pernyataan itu, Thalut seakan tidak percaya, dia seorang fakir dan miskin diwajibkan untuk memimpin mereka yang pernah bergelimang harta dan memiliki kekuasaan yang tinggi di antara mereka. "Benar saya akan jadi raja, pemimpin, dan jenderal mereka?"

Samuel menguatkan bahwa dia tidak perlu merasa rendah atas kondisi derajat dan setatus sosialnya yang rendah. "Ini adalah kehendak dan wahyu Allah SWT. Engkau harus bersyukur atas nikmat Allah dan membulatkan pikiran untuk memimpin perjuangan," kata Samuel.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement