Kamis 10 Dec 2015 08:24 WIB

‎Kehidupan di Bali Lebih Damai Sebelum Peristiwa Bom Bali

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Andi Nur Aminah
Muslim Bali
Foto: Republika/Fitria Andayani
Muslim Bali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) Imdadun Rahmat menilai kehidupan di Pulau Dewata lebih damai sebelum adanya kejadian bom Bali pada 2002 lalu. Setelah kejadian itu, ketegangan kerap muncul.

"Ada semacam Islamofobia di sana. Itu harus diselesaikan dan diatasi," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (10/120)

Imdadun mengatakan pemerintah daerah harus melakukan rehabilitasi terhadap warganya. "Yang dulu rukun harus dikembalikan rukun. Yang dialog-dialognya tidak dilakukan sekarang harus dilakukan," ujarnya.

Adanya peristiwa pencurian kotak amal di Masjid Jami Abdurrahman Bin Auf di Kabupaten Badung, Bali, hingga empat kali disertai perusakan di beberapa sisi menyadarkan pemerintah lokal dan kepolisian untuk menggalakkan komunikasi dan dialog antariman.

(Baca Juga: Kasus Masjid di Jimbaran Bali Diduga SARA).

Dalam kesempatan itu, Imdad mengatakan intoleransi masih ada dimana-mana dan merupakan problem yang belum selesai. Secara umum, kecenderungan ekpresi intoleransi dari pihak mayoritas sering ditunjukkan adalah dengan merasa menang dari kaum minoritas. 

Untuk itu, dia mengatakan, tokoh agama harus menjalankan komunikasi dan menjalin kesepahaman. Setelah itu, tularkan kesepahaman tersebut ke umatnya masing-masing agar menjadi faktor pendukung dan bukannya malah perusak toleransi.

Bom Bali 2002 (disebut juga Bom Bali I) adalah rangkaian tiga peristiwa pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Ada dua ledakan terjadi, pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, walaupun jaraknya cukup berjauhan.

Rangkaian pengeboman ini merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil yang juga bertempat di Bali pada 2005. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau cedera. Kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang berkunjung ke lokasi yang merupakan tempat wisata tersebut. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement