Ahad 06 Dec 2015 02:50 WIB

Taufik Ismail Ingat Susahnya Tanamkan Pentingnya Bahasa Indonesia

Rep: Sri Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Sastrawan Taufik Ismail
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Sastrawan Taufik Ismail

REPUBLIKA.CO.ID, Sastrawan Taufik Ismail mengenang sulitnya menanamkan pentingnya pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Karena itu hingga usianya kini di 80 tahun ia terus menyerukan pentingnya membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia, termasuk mengajarkan sastra Indonesia.

Dua puluh lima tahun lalu, ia mengaku pernah diminta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) terlibat dalam mendesain silabus bersama beberapa sastrawan lain. Sayangnya, mereka hanya mampu bertahan selama enam bulan.

“Susah sekali meyakinkan pusat kurikulum bahwa pengajaran Bahasa Indonesia itu bukan bagaimana berbahasa yang baik dan benar. Itu penting, tapi yang lebih penting adalah membaca, membaca, dan membaca. Menulis, menulis, dan menulis,” ujar dia, Sabtu (5/12).

Taufik dan kawan-kawannya akhirnya memilih untuk menyerukan kegiatan menulis dan membaca di luar jalur kementerian. Kegiatan ini dia akui sangat melelahkan, terutama pada tiga hingga empat tahun pertama.

Suatu hari, Taufik Ismail sedang berkumpul bersama kawan-kawannya, yaitu WS Rendra dan Sapardi Djoko Damono. Mereka merasa benar-benar lelah. Mereka duduk-duduk sambil minum kopi. Salah satu penyair, Hamid Jabbar datang dan berseru agar mereka tak lagi lesu. Ia mengajak para sahabatnya meluruskan kembali niat dalam  mengkampanyekan kegiatan menulis dan membaca.

“Kita melaksanakan perintah pertama Allah SWT kepada umat Islam, yaitu Iqra’, bacalah. Kemudian enam ayat sesudah Iqra’ adalah (tentang) menulis. Kami akhirnya bersemangat kembali,” kenang Taufik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement