Jumat 04 Dec 2015 18:07 WIB

Indonesia Harus Tangkap Peluang Industri Halal

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
Produk halal (ilustrasi).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Produk halal (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia harus menangkap peluang perkembangan industri halal global di tengah dinamika geopolitik Islam. Ketua Presidium Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sugiharto menuturkan, ada perubahan geopolitik Islam dunia seiring gejolak di Timur Tengah. 

"Indonesia harus menangkap peluang ini, termasuk soal bisnis halal. Halal bukan hanya untuk Muslim, untuk semua orang. Karena Islam untuk semua orang," ujarnya Jumat (4/12).

Pada 2030 Indonesia bisa jadi negara ke lima atau ke tujuh besar ekonomi dunia. Mengingat bonus demografi kelas produktif yang mencapai 135 juta orang. Mereka motor produksi dan konsumsi.

Dalam laporan States of Global Islamic Economy (SGIE) 2015-2016  konsumsi Indonesia untuk pangan halal pada 2014 mencapai 158 miliar dolar. Ini membuat Indonesia menjadi konsumen utama pangan halal disusul Turki dan Pakistan.

Konsumsi komunitas Muslim global untuk pangan halal sendiri mencapai 1,128 triliun dolar AS. Angka ini meningkat 4,3 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhannya akan mencapai 100 persen dalam enam tahun dari 2014 ke 2020.

(Baca Juga: Indonesia Peringkat Lima Konsumen Utama Fesyen Islami).

Sementara untuk belanja kosmetik, konsumsi Indonesia mencapai 3,1 miliar dolar AS pada 2014. Pengeluaran Muslim global untuk kosmetik sebesar 54 miliar dolar AS.

Secara global, jenis kosmetik yang dibeli didominasi produk perawatan kulit, produk perawatan rambut, tata rias wajah, dan parfum. 

Selain itu juga produk perawatan rambut khusus wanita berkerudung oleh produsen besar. Laporan ini menilai Wardah dan Mandom masih jadi pemain utama kosmetik halal di Indonesia. 

Dengan segala prediksi besar atas Indonesia, Sugiharto berharap pemimpin ke depan bisa muncul dan menghadirkan kondisi politik yang stabil. Ini penting untuk menunjang ekonomi nasional yang tulang punggungnya adalah UKM.

Sugiharto menyebut, dari 107 juta tenaga kerja, 97 persennya adalah pekerja UKM. ''Pertahanan ekonomi Indonesia ada di UKM bukan korporasi besar,'' ungkap Sugiharto.

Ia juga menyinggung pajak negara yang turun karena pendapatan perusahaan besar turun. Sementara bisnis yang punya daya tahan seperti UKM, baru dua jutanya yang bisa mengangkses layanan bank. ''Kita semua optimistis Indonesia lebih baik jika UKM didukung. Mereka benteng pertahanan Indonesia,'' kata Sugiharto.

Dia juga menyebutkan hal yang patut dibanggakan adalah Indonesia mendapat tiga penghargaan untuk destinasi, tujuan bulan madu halal dan hotel ramah keluarga dari World Halal Travel Awards 2015 pada 20 Oktober lalu. Karena itu, kegiatan ekspo halal Indonesia bisa didorong berskala internasional.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement