Kamis 03 Dec 2015 20:37 WIB

'Keberadaan Guru Besar Jadikan Indonesia Kiblat Studi Islam'

Rep: c16/ Red: Agung Sasongko
Tutty Alawiyah
Foto: Republika/Agung Supri
Tutty Alawiyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Indonesia dinilai kalah bersaing dengan guru besar negeri tetangga.  Penyebabnya, riset yang dihasilkan guru besar Indonesia relatif sedikit.

"Saya mendorong adanya riset karena selama ini kurang sekali, sehingga banyak produk-produk dari dalam negeri itu sangat kurang," ujar Pengamat Pendidikan Islam, Tutty Alawiyah saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (3/12).

Menurut Ketua Badan Kontak Majelis Taklim ini, riset guru besar Indonesia jarang bahkan tidak ditemukan di Amerika. Ini membuktikan bahwa guru besar tidak aktif dalam melakukan penemuan-penemuan akademik.

Untuk itu, lanjut Tutty, ke depan kita perlu meningkatkan kualitas untuk berpikir tidak hanya di wilayah lokal atau nasional tetapi juga merambah internasional. Sehingga, Indonesia bisa berkompetisi dengan guru besar dari negara lain.

Tutty menilai, rendahnya aktivitas akademik guru besar disebabkan karena mereka masih terbatas peraturan pemerintah yang terikat dengan usia. Untuk itu, perlu adanya keleluasaan bagi para guru besar mengeksplorasi ilmunya agar bisa berkembang di perguruan tinggi  tanpa melihat batasan usia.

Tutty mengatakan, pada dasarnya keberadaan guru besar dapat menjadikan Indonesia sebagai kiblat studi Islam. Apalagi, tambahnya, Indonesia direncanakan akan mendirikan sebuah universitas Islam berskala internasional.

"Pada akhirnya mahasiswa ini bisa membuat riset yang dapat memperkaya khasanah bangsa," tutup Tutty.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement