REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kongres XV Gerakan Pemuda (GP) Ansor akan menjadi bagian penting dalam sejarah organisasi pemuda nahdliyin. Lantaran menggambarkan pola regenerasi penyebar ajaran ahlussunah wal jamaah.
“Ansor itu lahir dari pesantren. Hari ini, kita melihat kader-kader pesantren yang luar biasa di pelbagai bidang,” ucap Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor Papua dan Papua Barat, Amir Mahmud Madubun, dalam rilisnya kepada Republika.co.id, Kamis (26/11).
Agenda yang berlangsung pada 25-27 November di Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta ini memunculkan beberapa nama yang terlahir dari lingkungan kampus. Di antaranya, KH Abdussalam Shohib (pengasuh Pesantren Manbaul Maarif, Jombang) dan Yaqut Cholil Qoumas (FKB DPR RI).
Sejumlah dukungan dari daerah pun terlihat. Seperti Gus Salam, panggilan akrab KH Abdussalam Shohib yang didukung warga Ansor dari Aceh, Kalimantan Barat, dan Papua.
“Ansor sudah lama kehilangan sosok seorang yang alim dan menguasai khazanah pesantren. Kita butuh penggerak dan luwes bergaul dengan elite politik, istikamah menjaga tradisi pesantren dan memperjuangkan keinginan para kiai dalam menjaga NKRI, seperti rumusan Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansuri, dan kiai lainnya,” ungkap Mahmud.
Mahmud berharap, pelaksanaan Kongres Ansor ke XV ini benar-benar berproses dengan baik dan prosedur kongres dapat berjalan kondusif. Lantaran Pengurus Pusat GP Ansor sebagai pelaksana kongres harus mampu menjadi mediator dan penyatu seluruh kader Ansor se-Indonesia.
“Ansor itu milik semua pemuda NU. Jadi, kepentingan besarnya adalah merawat pesantren, menguatkan NU, patuh pada kiai dan menjaga NKRI. Inilah catatan penting sehingga kongres berlangsung khidmat dan damai,” harapnya.