REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Beberapa waktu lalu ulama besar Australia, Ibrahim Abu Mohamed menyebut Islamofobia pemicu terjadinya serangan di Paris, Prancis. Selain Islamofobia, rasisme juga disebut-sebut sebagai alasan para pelaku melancarkan serangan tersebut.
“Kejadian baru-baru ini membuktikan bahwa strategi yang digunakan dalam menghadapi ancaman terorisme tidak bekerja,” ujarnya seperti dikutip dari Herald Sun, Selasa (17/11). Menurut dia, yang penting diatasi bukan hanya terorisme tetapi juga rasisme, Islamofobia, membatasi kebebasan, kebijakan luar negeri dan intervensi militer.
Semuanya harus ditangani komprehensif. Mohamed ikut mengutuk serangan yang terjadi Jumat pekan lalu yang menewaskan sedikitnya 132 orang dan melukai lebih dari 350 orang.
Menteri Imigrasi Australia, Peter Dutton meminta Mohamed segera mengklarifikasi pernyataannya. “Ia (Mohamed) harus secara jelas mengutuk tindakan terorisme,” ujarnya kepada stasiun radio Macquarie. Hal itu harus segera dilakukan agar tidak menimbulkan dugaan-dugaan negatif.
“Saya meminta semua orang yang berperan sebagai pemimpin harus membuat pernyataan jelas mengutuk ISIS dan mencegah adanya serangan lain,” kata Dutton.
Senator Australia, Cory Bernardi juga mengatakan Barat tidak bisa disalahkan atas terjadinya serangan ini. Menurutnya, Mohamed perlu bergabung dengan semua warga Australia dalam melawan ekstremisme.
Ahli Kontraterorisme di Deakin University, Greg Barton menyebut timbulnya masalah pernyataan Mohamed tak lain berasal dari bahasa yang digunakan. Dengan kepemimpinannya di komunitas Muslim, bahasa dapat menjadi masalah. Mereka dapat berjuang dan mengomunikasikasikan apa yang mereka pikirkan.