REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pakar Hukum Internasional Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Jawahir Thontowi menilai serangan teror di Paris tersebut berimplikasi pada hubungan antara Islam dan Barat. Secara khusus, peristiwa tersebut membuat kaum Muslim khususnya wanita Muslim berjilbab menjadi sangat rentan.
"Sebagaimana pengakuan mahasiswi Muslim berjilbab di Paris yang saat ini menahan diri untuk tidak keluar rumah karena menjadi sasaran ejekan warga setempat," katanya.
Meskipun demikian, kata dia, hubungan Barat dan Timur tidak akan terganggu karena fenomena teroris bukan lagi dipandang monopoli kelompok Islam fundamentalis melainkan telah diketahui juga kasus terorisme yang pelakunya non-Muslim.
"Apalagi Indonesia sebagai barometer masyarakat Muslim moderat, maka masyarakat internasional tidak akan merasa terganggu untuk tetap melangsungkan hubungan diplomatik dengan negeri ini," kata Jawahir.
Serangkaian serangan terencana di pusat kota dan sekitar Paris, Prancis, pada Jumat waktu setempat atau Sabtu (14/11) dini hari WIB, mengakibatkan lebih dari 120 orang tewas dan 180 orang cedera.