Ahad 15 Nov 2015 20:28 WIB

Aksi Teror Ibarat Telur dan Ayam

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
terorisme
Foto: cicak.or.id
terorisme

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--KH Hasyim Muzadi mengecam aksi terorisme yang terjadi di Paris, Prancis. Ia mengatakan, aksi terorisme tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Ia menjelaskan, selama ini penyebab dan runtutan yang berujung aksi teror masih belum jelas asal mulanya. Di sisi lain Timur Tengah menganggap Barat sebagai sumber masalah dan sebaliknya.

“Pertama yang harus ditegaskan adalah aksi teror, bukan ajaran Islam,” tegas Hasyim, di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim usai konferensi persi International Conference of Islamic Scholars (ICIS), Malang, Ahad (15/11).

Ia mengatakan perdebatan ini seperti telur dan ayam, maksudnya belum ada kajian yang menjelaskan penyebabnya apa. Karena itu, mantan Ketua Umum PB NU itu berharap, agar ada dialog internasional yang mengungkapkan dasar penyebab terorisme.

Selain itu, di Indonesia sendiri perlu Undang-undang penangkal aksi terorisme dari akar atau hulunya bukan dari hilir. “Harus ditekan dari hulunya. Embrionya, ya pemikiran, itu yang harus ditangkal dengan mekanisme undang-undang sehingga ulama bisa turut mengontrol hal itu,” jelasnya.

Berlatar belakang hal itu pula,  ICIS dengan sigap mengadakan konferensi internasional selama tiga hari bertempat  UIN Malik Maulana Ibrahim Malang 23-25 November mendatang. Konferensi ini akan dihadiri 500 peserta terdiri dari cendikiawan, sufi dan ulama yang berasal dari 32 negara, diantaranya dari negara-negara Eropa,  Amerika, Timur Tengah, dan Asia.

Hasyim mengatakan monferensi ini juga digelar untuk mengarahkan dan menegakkan Islam Rahmatan Lil Alamin di dunia. Artinya, untuk memperkuat pemahaman agama Islam sesuai dengan syariatnya, yakni penuh kedamaian dan toleransi. Agar tercipta suasana kondusif dan aman untuk penduduk bumi.

Agar tujuan tersebut tecapai, maka para kalangan cendikiawan, para sufi dan ulama dari dalam dan luar negeri dihadirkan dalam konferensi ini untuk menyamakan persepsi dan pemikiran serta mampu membentung dan menghentikan gerakan ektrem dn teroris. Hasyim mengatakan kegiatan ini salah satu upaya untuk menghentikan berbagai konflik yang ditimbul, terutama konflik yang mengatasnamakan agama.

"Karena itu, peserta konferensi ini harus mampu mencari celah untuk menjalin hubungan dengan ulama dan pemikir islam, agar mampu saling menemukan titik persamaan dalam menentukan masa depan dunia," kata Hasyim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement