Ahad 15 Nov 2015 15:34 WIB

Sebuah Lukisan Jadi Bukti Islam Bagian dari Sejarah Australia

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Muslim Australia
Foto: theage.com.au
Muslim Australia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah perahu layar kecil terlukis dengan pigmen putih-kuning pada batu merah di Wellington Range, Arnhem Land, Australia Utara. Samar tapi jelas, lukisan itu membawakan kisah yang berbeda dari kebanyakan penerimaan sejarah orang Australia.

Islam terbukti telah hadir sebelum kedatangan pemerintah kolonial di Negeri Kanguru itu. Agama itu tidak datang untuk menaklukkan dan mengeksploitasi, tetapi sebatas menjalin hubungan dagang.  Selama hampir 500 tahun, Islam menjadi bagian dari sejarah Australia.

Lukisan itu merupakan gambar perahu tradisional Indonesia yang dikenal sebagai prau. Ia digunakan nelayan Muslim dari Makassar untuk mencari teripang atau timun laut. Tidak diketahui kapan tepatnya orang-orang Makassar ini pertama kali tiba di Australia.

Beberapa sejarawan memper kirakan 1750 M, tetapi tes radiokarbon menunjukkan jejak yang jauh lebih awal.

Salah satu tampaknya telah dibuat sebelum 1664 M, mungkin pada awal 1500-an.

Dilansir dari Muslim Village, suku Aborigin dan Torres Strait Islander menjalin kontak teratur dengan Muslim. John Bradley dari Monash University mengatakan, hubungan Aborigin dengan orang-orang Makassar merepresentasikan upaya pertama Australia di bidang hubungan internasional, dan hubungan itu sukses.

Mereka menjalin perdagangan tanpa penghakiman atau diskriminasi rasial. Sebagian nelayan Makassar tinggal dan menikah dengan perempuan Aborigin.  Mereka meninggalkan warisan agama dan budaya di Australia. Bersama lukisan gua dan seni Aborigin lainnya, keyakinan Islam juga memengaruhi mitologi Aborigin.

"Jika Anda pergi ke timur laut Arnherm Land, ada jejak Islam dalam lagu, lukisan, tarian, dan ritual pemakaman. Lewat analisis linguistik, Anda juga dapat mendengar lagu- lagu pujian kepada Allah atau setidaknya doa-doa tertentu," kata Bradley.

Jalinan perdagangan teripang itu surut pada 1906. Para nelayan tak sanggup dengan tingginya pajak dan kebijakan pemerintah kolonial yang membatasi perdagangan nonkulit putih. Akan tetapi, lebih dari seabad berlalu, sejarah dua suku lain bangsa itu masih dirayakan oleh masyarakat Aborigin di Australia utara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement