Jumat 13 Nov 2015 21:26 WIB

Sejarah Baitul Mal dan Perannya dalam Kejayaan Islam

Baitul Mal (ilustrasi).
Foto:

JAKARTA -- Perbaikan pengelolaan baitul mal terjadi di masa Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq RA. Khalifah pertama itu menekankan pentingnya fungsi baitul mal. Sumber-sumbernya berasal dari zakat, zakat fitrah, wakaf, jizyah (pembayaran dari non-Muslim untuk menjamin perlindungan keamanan), kharraj (pajak atas tanah atau hasil tanah), dan lain sebagainya.

Dalam buku Pajak Menurut Syariah, Gusfahmi mengatakan, di tahun kedua kepemimpinannya, Abu Bakar menjalankan fungsi baitul mal secara lebih luas. Baitul mal tidak semata difungsikan untuk menyalurkan harta, tetapi untuk menyimpan kekayaan negara.

Pada masa itu pula ditetapkan gaji untuk khalifah yang diambil dari uang kas negara. Terdapat kisah menarik tentang awal mula penetapan gaji itu. Suatu ketika, Abu Bakar memanggul barang-barang dagangannya ke pasar. Di tengah jalan, sang khalifah bertemu Umar bin Khatthab RA.

Umar pun bertanya, ''Anda mau ke mana, wahai Khalifah?'' ''Ke pasar,'' jawab Abu Bakar. Kata Umar, ''Bagaimana mungkin Anda melakukannya, padahal Anda seorang pemimpin umat Muslim?'' Abu Bakar menjawab, ''Lalu, dari mana aku akan memberi nafkah keluargaku?'' Umar kemudian berkata, ''Mari kita pergi kepada Abu Ubaidah (pengelola baitul mal) agar dia menetapkan sesuatu untukmu.''

Sejak saat itu, seorang khalifah mendapatkan gaji yang hanya cukup untuk hidup sederhana, layaknya rakyat biasa. Tetapi, sebelum Abu Bakar meninggal dunia, ia justru berpesan kepada keluarganya untuk mengembalikan uang gaji itu kepada negara sebesar 6.000 dirham. Umar pun berkata, ''Semoga Allah merahmati Abu Bakar. Ia telah membuat orang setelahnya kepayahan.'' Maksud Umar, kearifan Abu Bakar telah membuat khalifah setelahnya akan merasa berat mengikuti sikapnya.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement