Jumat 30 Oct 2015 12:22 WIB

Perjuangan Pesantren Menghidupkan Ekonomi Umat

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Indah Wulandari
Iliustrasi Baitul Maal wa Tamwil (BMT).
Foto: Antara
Iliustrasi Baitul Maal wa Tamwil (BMT).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Panggung penuh cahaya lampu di tengah lapangan Makodam V Brawijaya Surabaya nampak mencolok di permulaan malam. Meksi sudah lewat petang, masih hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober.

 

Yang dinanti sudah di tempatnya. Ratusan orang, mengelu-elukannya. Menatap takzim. Tak ada tepuk tangan, tak ada jingkrak dan teriak. Habib Syech Abdul Qodir Assegaf duduk bersila di panggung.

 

Lantunan shalawat Habib Syech membuat ratusan orang mengangkat dan melambaikan tangan sambil bershalawat. Satu dua di antara ratusan orang berbaju putih yang duduk di sana nampak terharu meresapi kalimat dalam shalawat.

 

''Yaa Rasulallah Yaa Habiballah, terimalah kami sebagai ummatmu. Yaa Rasulallah Yaa Habiballah, kami rindu padamu..''. Habib Syech kian khidmat bershalawat bersama jamaah di pembukaan Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) 2015 yang digelar Bank Indonesia (BI).

 

"Kerinduan umat, nampaknya tak hanya pada pertemuan dengan Rasulullah SAW kelak. Umat, juga rindu pada kehidupan sejahtera dan mensejahterakan. Ekonomi umat tertinggal sejak lama, dengan sejarah yang panjang," kata Pemimpin Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Salahuddin Wahid.

 

Seribu tahun lalu, pengusaha Timur Tengah datang ke Indonesia. Abad 15, Panglima Cheng Ho datang ke Malaka untuk nenumpas perompak sehingga mengundang banyak Tiong Hoa datang ke Nusantara.

 

Setelah kedatangan Belanda, pada 1602 Serikat Dagang bentukan Belanda, VOC, berdiri untuk menjajah. VOC dibekali ham luar biasa dari wewenang mencetak uang, memiliki tentara dan pelabuhan, bertemu dan bernegosiasi dengan para raja, termasuk punya gubernur jenderal.

 

''Kita dikeruk untuk menguntungkan Belanda,'' kata pria yang akrab disapa Gus Solah itu.

 

Akhirnya VOC mundur karena korupsi internal, beban biaya perang, gaji pekerja, dan kompetisi dengan Inggris dan Perancis. Pada 1799 VOC bubar, terlilit utang.

 

Belanda mengubah strategi dengan mengistimewakan warga Tiong Hoa dan menekan pribumi. Bakat berdagang warga Tiong Hoa membuat mereka terus bertahan sampai sekarang.

 

Ulama abad 20 sadar, umat Islam harus berbuat sesuatu. Sarekat Islam 1905 berdiri. Pada 1912 di Surabaya, HOS Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Dagang Islam karena ada persaingan dagang dengan Tiong Hoa dan Belanda. Pada 1926, Nahdlatul 'Ulama (NU) berdiri dengan sayap perjuangan pula di sektor ekonomi.

 

Pada 1950 ada perlakuan instimewa bagi pribumi yang sayangnya menjual lisensi ke Tiong Hoa. Penguasa berganti. Orde baru melanjutkan ini.

 

''Pengusaha lokal tumbang satu per satu. Beruntung, hari ini masih ada usaha milik pribumi seperi Kalla, Medco dan Bakrie. Walau masih lebih banyak usaha yang dikuasai asing,'' ungkap Gus Solah.

 

Bank dengan sistem bagi hasil pertama berdiri pada 1992 atas prakarsa Orde Baru. 1998, bank bagi hasil menunjukkan diri mampu bertahan dari krisis. Pun keuangan syariah global yang masih tumbuh hingga hari ini.

 

Selain bank, Indonesia punya layanan keuangan syariah yang melayani hingga akar rumput, baitul maal wa tamwil (BMT). ''Meski dibilang lembaga keuangan mikro, pondok pesantren punya BMT dengan aset triliunan,'' kata cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, Hasyim Asy'ari itu.

 

Gus Solah mengajak umat Islam mendukung keuangan syariah. Sebab, inilah ikhitiar umat untuk bantu hingga bawah.

 

Di sisi lain, bank syariah juga butuh pengusaha. Uang mereka harus diputar di sektor usaha-usaha riil. Apapun sistem ekonomi nasional, kata kakak dari mantan presiden Abdurrahman Wahid itu, Indonesia butuh banyak pengusaha.

 

Pesantren harus mendorong lahirnya para pengusaha. Tidak mudah, tapi harus upayakan.

 

Sumpah Pemuda sama seperti Jihad 1945. ''Sekarang kita melawan penjajahan ekonomi. Ini ibadah, lakukan dengan sungguh-sungguh,'' ungkap Gus Solah.

 

Dalam sumpah pemuda, kata beliau, kita bersumpah bertumpah darah satu. Maka kekayaan negeri untuk semua rakyat. Bukan oleh sebagian pengusaha yang menguasai ratusan hektar tanah. Bertanah air satu. Sejahterakan dan lindungi semua warga negara, termasuk perlindungan dari asap.

 

Banyak hadis soal kerja keras untuk dunia dengan niat mendapatkan ridha Allah SWT. Semoga keuangan syariah bisa maju seperti sebelumnya dan rakyat Indonesia mendapat hak-hak dasarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement