Sabtu 24 Oct 2015 10:13 WIB

Kebiri tak Dikenal dalam Peradaban Islam

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indah Wulandari
Seorang kasim dari zaman Byzantium (kiri)
Foto: qdl.qa
Seorang kasim dari zaman Byzantium (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pekerjaan sebagai kasim atau pembantu keluarga raja selalu identik dengan pria yang dikebiri.

Beberapa kerajaan dan kekaisaran dunia mulai dari Byzantium hingga Kekaisaran Tiongkok telah menerapkan pengebirian terhadap para pria yang diamanahi sebagai pengawal setianya. Namun, dalam peradaban Islam, tidak dikenal pengebirian semacam itu.

Guru Besar Sosiologi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Prof Nanat Fatah Natsir menegaskan bahwa budaya kasim yang dikebiri bukanlah bagian dari peradaban Islam.

"Kerajaan dan kesultanan Islam tidak mengenal kebiri," ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (24/10).

Dalam sejarah Islam, sepertinya tidak ada diceritakan model pengebirian seperti yang dilakukan oleh peradaban dunia yang dikenal saat ini. Kalau pun ada, ujarnya, bisa jadi itu hanya adopsi dari budaya luar yang sama sekali tidak bersumber dari ajaran Islam.

Walaupun kebiri tidak dikenal dalam peradaban Islam, menurut dia, itu bukan berarti tidak dibolehkan. "Dalam konteks kekinian, ketika pedofilia menjadi ancaman nyawa dan keturunan atau generasi muda bisa saja dilakukan pendekatan itu," katanya.

Hukuman kebiri bisa saja diberlakukan dengan merujuk  kebutuhan dari perkembangan masyarakat saat ini. Bagi pelaku pedofilia dengan kejahatan yang sadis sehingga menghilangkan hukuman itu bisa diberlakukan untuk efek jera.

Tentunya, pemberlakuan itu tetap berlandaskan nash Alquran dan Hadis dan sesuai dengan Maqashid Syariah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement