REPUBLIKA.CO.ID,LILONGWE -- Islam adalah agama yang pertama kali disebarkan di Malawi. Namun, akses pendidikan dan diskriminasi anti Islam yang terlalu tinggi di Malawi membuat Islam hanya menjadi agama terbesar kedua di negara Afrika Selatan tersebut.
"Selama bertahun-tahun misionaris mempengaruhi sekolah-sekolah di Malawi, sehingga membuat penduduk Muslim mendapatkan tekanan. Bahkan penduduk Muslim tidak diizinkan untuk mendaftar di lembaga-lembaga pendidikan tersebut kecuali jika mereka mau murtad dan memeluk Kristen," ujar Dr. Imran Shareef, salah satu cendekiawan Muslim Malawi dilansir Onislam.net, Jumat (23/10).
Oleh karena itu, orang-orang yang berpendirian teguh terhadap imannya memilih untuk berdiam di rumah. Sementara, mereka yang sudah putus asa dan merasa sangat membutuhkan pendidikan terpaksa meninggalkan Islam dan menjadi Kristiani.
Shareef menceritakan, Islam pertama kali hadir di Malawi sekitar tahun 1800-an. Islam dibawa ke Malawi oleh pedagang dari Arab yang menyebar ke seluruh penjuru Afrika.
Beberapa tahun kemudian, Malawi dinyatakan resmi dijajah Inggris pada tahun 1892. Hal ini membuat peluang bagi misionaris Inggris untuk datang ke Malawi dan menyebarkan agama Kristen.
Sementara itu, ujar Shareef, penduduk yang mempertahankan keislamannya mendapatkan pengalaman yang menyakitkan. Mereka mendapatkan ejekan dan penghinaan sebagai kaum terbelakang dan tidak berpendidikan. Sehingga hal itu berpengaruh terhadap pertumbuhan Islam di Malawi.
Menjadi seorang Muslim adalah alasan yang cukup jelas bagi penduduk Malawi untuk mengalami penderitaan dalam bidang perekonomian. Sementara, Islam adalah agama terbesar kedua di Malawi setelah Kristen.
Tercatat sebanyak 12 persen penduduk Muslim dari populasi negara sebesar 14 juta. Kendati demikian, Asosiasi Muslim Malawi (MAM) melaporkan populasi Muslim di sana sebanyak 36 persen, menurut sensus yang dilakukan beberapa tahun yang lalu.