REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Kelompok organisasi hak azasi manusia Amnesty International merilis laporan tentang kekerasan yang dialami Muslim Rohingya di laut Asia Tenggara. Kekerasan mereka dapatkan karena berusaha melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar.
Dilansir dari Anadolu Agency, laporan berjudul 'Perjalanan Mematikan: Krisis pengungsi dan perdagangan di Asia Tenggara' itu menyoroti tindakan tidak manusiawi yang dialami dan menjadi neraka bagi kelompok Muslim Rohingya.
"Kekerasan fisik harian yang dihadapi oleh warga Rohingya yang terjebak di kapal tua di Teluk Benggala dan Laut Andaman, terlalu mengerikan untuk dimasukkan ke dalam kata-kata," sebut peneliti Amnesty Pengungsi dan Hak Migran, Anna Shea, dilansir dari onislam.net, Jumat (23/10).
Dia menggarisbawahi meski banyak warga Rohingya yang berhasil mencapai Indonesia, trauma tetap menghampiri mereka.
"Kebenaran yang mengejutkan adalah bahwa orang-orang yang kami ajak bicara adalah orang-orang beruntung yang berhasil sampai ke pantai, sementara banyak orang tewas di laut atau diperdagangkan ke dalam situasi kerja paksa," kata Shea.
Thailand telah meluncurkan tindakan keras anti trafficking pada Mei 2015, menyusul ditemukannya puluhan mayat warga Rohingya dan migran Bangladesh, di dekat perbatasan selatan negara itu dengan Malaysia.
Sejak itu, para pedagang telah meninggalkan kapal-kapal yang penuh oleh warga Rohingya di laut, meninggalkan ribuan orang tanpa makanan, air atau perawatan medis.
"Sementara, diperkirakan sedikitnya 370 orang tewas antara Januari dan Juni 2015. Amnesty International yakin angka sebenarnya jauh lebih tinggi. Ratusan bahkan ribuan orang masih belum ditemukan, dan mungkin telah meninggal selama perjalanan mereka atau telah dijual untuk kerja paksa," sebut laporan itu.
Laporan ini juga menyoroti kisah seorang gadis Rohingya berusia 15 tahun, yang ayahnya telah dijual oleh pedagang.
Mereka memaksa sang ayah mendengarkan tangisan anaknya, saat gadis itu dipukuli.
"Di pagi hari Anda kena tiga kali. Pada sore hari Anda kena tiga kali. Pada malam hari Anda kena sembilan kali," ujar gadis malang itu seperti dikutip dalam laporan.
Amnesty International mendesak negara-negara Asia Tenggara untuk segera bertindak sekarang, dan tidak menunggu bencana HAM lain terjadi.