Kamis 22 Oct 2015 17:23 WIB

Sejarah Seni Berceramah Dunia Islam

 Suasana ceramah di Masjid Istiqlal, Jakarrta Pusat, Sabtu (11/7).  (foto : MgROL_46)
Suasana ceramah di Masjid Istiqlal, Jakarrta Pusat, Sabtu (11/7). (foto : MgROL_46)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendekati abad ke-10, seni berceramah telah berkembang menjadi salah satu kajian akademis yang mapan dengan lahirnya buku pedoman dan berbagai kumpulan ajaran. Penceramah dari Baghdad, Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad yang dikenal dengan sebutan al-Mashri, menulis beberapa karya tentang seni berceramah.

Pada abad ke-8, seni berceramah telah dikenal sebagai salah satu bentuk karya prosa yang indah. Pada masa awal ini, materi ceramah disebut dengan maqam yang disampaikan para zahid (kaum asketis) di hadapan para khalifah dan raja.

Penulis pidato yang mudah diidentifikasi adalah ahli teologi pertama, Ghaylan ibn Muslim al-Dimasyqi. Kemudian, Hasan al-Bashri dan muridnya Amr ibn Ubayd serta ahli fikih terkemuka dari Suriah, al-Awza'i.  Al-Dimasyqi dikenal karena kefasihannya dan dianggap sebagai peletak dasar ilmu persuratan. Ghaylan dan Wahrani berada di pengujung perkembangan tradisi maqam yang kemudian berkembang menjadi cerita pendek.

Pidato dan penulisan surat adalah dua keahlian yang dikuasai Ghaylan pada abad ke-7 dan ke-8, dan oleh Wahrani pada abad ke-12. Kedua pakar itu mengembangkan bentuk maqam menjadi sejenis cerita pendek dengan karakter epistolari yang khas.

Kaum Tradisionalis menyampaikan ceramahnya dan mengajarkan seni berceramah di lembaga pendidikan resmi. Mereka juga menyampaikan ceramahnya di berbagai tempat, di dalam atau di luar istana. Seorang penceramah yang fasih dan andal di antara mereka dapat menarik kerumunan orang.

Manshur ibn Ammar yang sangat fasih berpidato menyampaikan ceramahnya di Baghdad, Suriah, dan Mesir. Penceramah yang terkenal dengan pepatah moralnya adalah Yahya ibn Mu'adz  yang dianugerahi gelar “Sang Bijak pada Zamannya”. Seruan dakwah dan kezuhudannya memungkinkannya menjaga jarak dengan penguasa sehingga bebas melakukan kritik. (Sumber: Pusat Data Republika)

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement