REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PBNU akan menggelar kirab Hari Santri Nasional pada 18-22 Oktober dari Surabaya ke Jakarta. Sebanyak 60 peserta kirab nantiinya akan melakukan napak tilas semangat perjuangan resolusi jihad.
Koordinator acara kirab, Syamsudduha menjelaskan, pelaksanaan kirab hari Santri Nasional ini bertujuan membuka sejarah yang telah lama ditutupi penguasa. Saat itu, Inggris mengultimatum Surabaya itu tidak mungkin jika tidak ada sebabnya.
Resolusi Jihad yang difatwakan hadratus syaikh NU, Hasyim Ashari adalah untuk membendung mereka. "Hari santri ini bukan santrinya yang ditonjolkan, tapi semangat resolusi jihad, yang melibatkan puluhan ribu santri, patriotisme membela tanah air," ungkapnya kepada Republika, Jumat (16/10).
Syamsudduha mengungkapkan KH. Hasyim Ashari mengeluarkan fatwa bahwa membela tanah air adalah fisabilillah, sedangkan bersekutu dengan musuh berarti kafir. Oleh karena itulah semangat para santri itu membara. Terlebih karena dia menceritakan bahwa Agus Sunyoto, sejarawan NU menyatakan bahwa pemuda Surabaya sudah sejak dahulu terkenal 'bonek'nya. Sehingga ketika seruan tersebut digaungkan mereka semakin semangat.
Meskipun KH Hasyim Ashari hanya memfatwakan kepada para santri sekitar Surabaya, namun pada kenyataannya, menurut dia yang hadir dalam berjuang melawan musuh berasal dari berbagai daerah termasuk Cirebon dan juga dari daerah-daerah di Jawa Tengah.
Hal ini sehingga membuat pasukan Inggris terkepung tak berdaya. Itu tandanya, kata dia, para santri tersebut memiliki semangat patriotisme yang tinggi.
Pada puncak acara, dia mengaku NU akan mengibarkan bendera NU terbesar dan kini sedang didaftarkan sebagai rekor Muri. Dia meyakini pengibaran bendedra NU terbesar ini merupakan simbol bahwa peran NU sebagai ormas Islam tidak bisa dianggap remeh.