Oleh: Haedar Nashir
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi bersabda, "Mukmin yang kuat itu lebih baik dan di cintai Allah daripada mukmin yang lemah." Hadis itu lengkapnya sebagai berikut:
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguh lah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah serta janganlah engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, `Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu,' tetapi katakanlah, `Ini telah ditakdirkan Allah,' dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan." (HR Muslim, dari Abu Hurairah).
Pada hadis lain Rasulullah bersabda, "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
Dan, mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan, sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barang siapa menjaga kehormatan dirinya maka Allah akan menjaganya dan barang siapa yang merasa cukup maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya." (HR Bukhari dan Muslim dari Hakim bin Hizam).
Pesan dua sabda Nabi itu sama agar orang Islam, baik individu maupun kolektif, harus kuat dan berada di atas serta tidak boleh lemah dan berada di bawah. Jika keadaan umat masih lemah, menjadi kewajiban semua pihak di tubuh umat Islam untuk menguatkan dan memajukannya sehingga kuat dan berada di atas.
Ukurannya jika diperbandingkan dan dipertandingkan dengan pihak lain secara ekonomi, politik, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan aspek lainnya, umat Islam itu unggul dan menang. Sebaliknya, manakala masih tertinggal dan kalah, masih terbilang umat yang lemah. Semuanya akan terbaca objektif, tidak dapat dimanipulasi, oleh permainan angka fiktif dan retorika para pemimpinnya.
Umat Islam itu kuat jika maju. Umat yang maju ialah yang memiliki etos kemajuan. Mereka mempunyai need for achieve - mentatau virus untuk berprestasi yang tinggi. Sebutlah etos kerja keras, produktif, berilmu, profesional, hemat, tanggung jawab, jujur, tepercaya, gigih, menghargai waktu, disiplin, mau berubah, dan berorientasi ke ma sa depan.
Seraya meninggalkan sifat malas, konsumtif, tidak berilmu, amatiran, boros, tak ber tanggung jawab, tak tepercaya, korup, menerabas, bebal, kolot, dan mentalitas negatif lainnya. Jika mayoritas umat masih buta aksara, taklid buta, kolot, marginal, dan tertinggal, masa depan peradabannya tentu suram. Peradaban yang maju tidak akan lahir dari umat yang rentan dan ringkih.
Umat yang besar secara jumlah, tetapi lemah kualitas, selamanya akan menjadi objek penderita bagi segala lalu lintas kepentingan dari dalam maupun luar. Persis seperti gerombolan domba yang dimakan serigala buas sebagai - mana dilukiskan Nabi akhir zaman.
Karena itu, jangan biarkan umat Islam itu dhuafa-mustadh'afin, jadikanlah sebagai umat berkemajuan. Pemimpin penggerak Maju mundurnya umat ber gantung pada para pemimpinnya, selain etos para warganya. Bersambung..