REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif (iHaqi), Ustaz Erick Yusuf mengungkap, Islam dibangun di atas lima rukun . Satu dari lima rukun tersebut adalah ibadah haji.
“Ibadah haji merupakan sebuah ibadah dari berbagai macam ibadah yang Allah wajibkan,” kata Kang Erick, demikian sapaan akrabnya, saat mengisi tausyiah di Bank Permata Bintaro Pondok Aren Banten.
Kang Erick menjelaskan, Rasulullah SAW dalam sabdanya sebagaimana dalam hadits yang shahih, “Islam dibangun di atas lima (rukun): (1) Persaksian bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah dan persaksian bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah, (2) Mendirikan shalat, (3) Menunaikan zakat, (4) Berpuasa pada bulan Ramadhan, dan (5) Menunaikan ibadah haji ke Baitullah”
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam,” (QS.Ali ‘Imran (3):97).
Kang Erick melanjutkan, ayat tersebut menjelaskan bahwa hukum asal dari melaksanakan ibadah haji adalah fardu ‘ain (wajib bagi setiap umat Muslim). Akan tetapi pada kalimat selanjutnya ditegaskan bahwa ibadah haji hanya wajib bagi semua umat Muslim yang mampu dalam melaksanakannya, maksud dari mampu (istita’) dalam ayat tersebut adalah :
1. Sehat badan, orang yang sakit atau lemah fisiknya dapat mewakilkan kepada orang lain jika mampu membiayainya.
2. Ada kendaraan yang dapat mengantar pulang pergi ke Mekah bagi orang yang ada di luar Mekah.
3. Aman dalam perjalanan, artinya jiwa dan hartanya terjamin keselamatannya.
4. Memiliki bekal yang cukup, artinya harta yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama mengerjakan ibadah haji. Termasuk juga cukup untuk menjamin kebutuhan keluarganya yang ditinggalkan.
5. Bagi perempuan harus disertai mahromnya atau dengan perempuan lain yang ada mahromnya.
Kang Erick pun menggarisbawahi kata mampu tersebut,sesungguhnya kita itu makhluk yang laa haula wa laa quwwata illaa billaah (makhluk yang tidak berdaya kecuali atas izin Allah). Karena itu, mintalah sama Allah agar dimampukan melaksanakan haji.
“Apabila Allah menghendaki sesuatu maka kun fayakuun (jadi maka jadilah), maka niatkanlah dalam hati keinginan untuk melaksanakan ibadah haji tersebut serta disertai dengan doa dan usaha nyata,misalnya dengan menabung untuk biyayanya,” kata dia.
“Sesungguhnya pada ibadah haji tersebut terdapat keutamaan yang sangat besar bagi yang melaksanakannya dengan niat yang ikhlas,Rasulullah saw bersabda yang artinya: "Umrah (yang pertama) kepada umrah yang berikutnya sebagai kaffarat (peng-hapus) bagi (dosa) yang dilakukan di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasan baginya, melainkan Surga." ( HR. Malik, Bukhari, Muslim).”