REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Pengajar studi Islam di Stanford University sekaligus penerima Mellon Postdoctoral Fellowship Audrey Truschke menghabiskan beberapa bulan di Pakistan dan sepuluh bulan di India. Truschke menjelajahi lebih dari dua lusin manuskrip untuk penelitian tentang penyebaran Islam di India.
Menurut dia, ideologi yang mendasari kekerasan ini seolah menghapus sejarah Mughal dan menuliskan ulang konflik agama dalam sejarah India yang sebenarnya tidak ada, sehingga memicu dan membenarkan intoleransi agama di masa modern.
Dalam karya bertajuk Culture of Encounters: Sanskrit at the Mughal Court ini ditulisnya bahwa kehadiran Muslim di India tidak ditujukan untuk mendominasi budaya India atau Hindu. Muslim pada awal era modern, kata dia, sebenarnya sangat tertarik belajar budaya tradisional India yang sebagian besar menggunakan bahasa Sansekerta.
"Kontak antara kajian Hindu-Muslim ditandai dengan pertemuan kolaboratif lintas bahasa dan agama," kata sarjana terkemuka di bidang sejarah budaya dan intelektual Asia Selatan ini.
Penelitian ini sekaligus menjungkirbalikkan asumsi bahwa Moghul memusuhi literatur atau sistem pengetahuan tradisional India. Bahkan, temuannya mengungkapkan bagaimana Mughal didukung dan terlibat dengan gagasan para pemikir India.
Truschke berharap, kajian ini akan memberikan dasar kuat untuk meluruskan historiografi modern, kemudian secara politis menuliskan kembali sejarah masa lalu India. Ia kini tengah mengerjakan buku berikutnya, sebuah studi yang lebih luas tentang sejarah dinasti Islam di India.