Ahad 06 Sep 2015 08:01 WIB

Kiai Muchit Jaga Khittah NU

KH Muchit Muzadi
Foto: antaranews
KH Muchit Muzadi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sesepuh PBNU, KH Muchit Muzadi semasa hidupnya meminta warga NU untuk lebih banyak mensosialisasikan khittah NU. Ini untuk menghindari terjadinya polarisasi sikap-sikap politik praktis dalam tubuh NU.

"Adanya kecenderungan untuk menyeret NU kedalam lingkaran kekuasaan politik praktis, karena tidak dipahaminya nilai-nilai khittah NU dengan baik. Khittah NU tersebut sudah sangat jelas, tetapi kesalahan mereka dalam memahami khittah tersebut yang ingin menyeret NU kedalam lingkaran politik praktis," ujar KH Muchit Muzadi yang juga merupakan salah seorang perumus khittah NU yang dibuat saat berlangsungnya Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada tahun 1984.

Menurut Kiai Muchit, Khittah NU merupakan kepribadian dan jati diri NU yang harus dijadikan landasan bagi setiap warga NU dalam bersikap dan bertindak. Selama ini, Kiai menilai khittah NU hanya akan menjadi hiasan menarik dalam tulisan, tetapi tidak dalam pengamalannya.

Padahal, lanjut ulama asal Jember ini, makna khittah itu adalah mengatur hubungan NU dengan organisasi politik dan tidak melibatkan diri dalam dukung mendukung dengan partai politik tertentu.

NU hingga kini masih bertahan sebagai organisasi besar di Indonesia karena berposisi sebagai rumah bagi umat Islam, bukan kendaraan politik. ''Kalau kendaraan di tengah jalan mogok terus bisa pindah kendaraan. Apalagi kalau kendaraan yang baru ternyata lebih bagus,'' katanya dalam dialog bertema "Pergumulan NU dalam keindonesiaan", Jumat (1/2).

Menurut Kiai Muchit, posisi NU sebagai rumah umat itulah yang membedakannya dengan partai politik di Indonesia yang rata-rata tak bisa bertahan lama karena ditinggal oleh pendukungnya. ''Itu bedanya antara orang ber-NU dan berpartai,'' kata kakak kandung Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi, tersebut.

Kiai Muchit, sesepuh NU yang merupakan santri dari Rais Akbar NU Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Ia menetap di Jember dan pernah menjadi sekretaris Rais Aam NU KH Achmad Shiddiq pada tahun 1980-an serta menjadi mustasyar PBNU untuk beberapa periode.

Sampai akhir hayatnya, Kiai Muchit senantiasa memikirkan NU dan dalam kondisi sakit pun ia hadir dalam kegiatan-kegiatan NU terutama dalam kegiatan kaderisasi NU yang diikuti oleh anak-anak muda NU.

 

Sumber: Pusat Data Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement