REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Temuan manuskrip Alquran pada Juli 2015 lalu kembali menuai perdebatan. Lembaran yang diklaim tertua oleh Universitas Birmingham melalui riset penelitian usia. Tetapi, para ilmuwan Arab Saudi dan arkeolog menyangkal klaim tersebut.
Penemuan tersebut menjelaskan hasil tes karbon yang mengungkapkan lembaran tersebut lebih tua dari masa Nabi Muhammad SAW. Dua lembar Alquran tersebut dinyatakan berasal dari masa 568-645 Masehi. Sedangkan, Nabi Muhammad diperkirakan hidup antara 570-632 Masehi.
Direktur Pusat Penelitian Sejarah Islam, Seni dan Budaya (IRCICA) Halit Eren memiliki kekhawatiran yang sama. Mustafa Shah, dari School of Oriental and African Studies, di London, juga mengatakan pentingnya untuk berhati-hati dengan klaim tersebut.
"Jika ada, naskah telah menggabungkan kisah tradisional mengenai asal-usul Alquran," katanya, dilansir Onislam.net, Rabu (2/9).
Penelitian penanggalan dengan karbon tidak selalu bisa diandalkan. Peneliti di Perpustakaan Bodleian Universitas Oxford Keith Small mengatakan waktu yang dia perkirakan pada bulan lalu tersebut menggunakan dasar perkamen bukan tinta.
Sementara itu, asal muasal dari teks ini juga jelas dan skrip kaligrafi yang merupakan karakteristik dari prasasti-prasasti pada masa setelahnya.
Kemudian para ilmuwan Arab Saudi dan Turki juga menegaskan tinta merah yang digunakan untuk memisahkan antara juz tidak digunakan selama zaman Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, mereka memperkirakan jika naskah tersebut muncul pada masa Utsman Bin Affan yang menjadi khalifah bertahun-tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.