REPUBLIKA.CO.ID, oleh Komaruddin Hidayat
Haji yang mabrur semestinya membawa pada hidup yang mabrur, karena pesan dasar ibadah haji melekat pada kehidupan itu sendiri. Semua adegan dan rangkaian ibadah melambangkan dan sekaligus menyampaikan pesan hidup secara total. Haji adalah drama hidup dan revitalisasi filsafat hidup yang cenderung terlupakan oleh rutinitas sehari-hari.
Sejarah memberikan banyak pelajaran pada kita, kalau seseorang terlebih penguasa telah memberhalakan dunia, utamanya anak dan keluarga, maka mereka akan mudah terjatuh pada kezaliman, sangat mudah terjebak pada korupsi, nepotisme dan ketidakadilan demi mengutamakan kepentingan anak dan keluarga, dengan cara mengorbankan kepentingan masyarakat. Mereka tidak segan-segan berbuat kotor dengan cara merusak prinsip-prinsip kebenaran.
Itulah salah satu pesan Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra yang sudah sangat lama ditunggu-tunggu. Sudah lama Nabi Ibrahim memohon untuk dikaruniai anak, dan ketika doanya dikabulkan, maka diberi nama Ismail, yang artinya kira-kira: Allah mengabulkan permohonannya.
Menurut Alquran, yang mabrur tidak hanya ibadah haji. Semua ibadah mestinya juga mabrur kalau kita melakukan dengan penuh keikhlasan, memahami makna dan pesan yang dikandungnya, serta melaksanakan pesan-pesannya. Adapun haji memiliki tempat istimewa antara lain memerlukan perjuangan berat. Bahkan sekarang daftar antre sampai belasan tahun. Oleh karena itu haji yang mabrur merupakan puncak prestasi dari bangunan dan tumpukan batu bata amal saleh sebelumnya.