Selasa 01 Sep 2015 22:21 WIB

Empat Tipe Orang Bertobat

Pertobatan yang sungguh-sungguh dan disertai penyesalan pasti diterima Allah SWT.
Foto: Blog.febc.org
Pertobatan yang sungguh-sungguh dan disertai penyesalan pasti diterima Allah SWT.

Oleh: Sofyan Al-Hakim

Akhir-akhir ini, kejahatan kerah putih (white collar crime) semakin meningkat. Kejahatan jenis ini disebut kerah putih karena dilakukan orang berpakaian perlente, dengan kemeja dan jas mahal. Orang seperti ini biasanya memiliki status sosial tinggi dan dipastikan memiliki kepandaian yang luar biasa.

Kepandaian untuk mencari celah di antara aturan hukum dan kelemahan pemegang kebijakan merupakan kelebihan yang dimiliki penjahat jenis ini. Bahkan, kepandaiannya mampu mengubah citra dirinya. Alih-alih disebut penjahat yang dihinakan, bahkan ia dapat menjadi pahlawan yang dikorbankan.

Kepandaian seperti ini bukan kecerdasan yang diharapkan. Imam al-Maraghi menyebutnya sebagai kebodohan. Karena, semua orang yang berbuat maksiat kepada Allah adalah orang bodoh. Perbuatannya adalah kebodohan. Nabi Yusuf pernah hampir melakukan kebodohan ketika ia digoda oleh majikannya, Zulaikha.

Alquran mengabadikan hal tersebut dalam surah Yusuf ayat 33. Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripada tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."

Demikian juga sikap Nabi Nuh yang hendak menyelamatkan anaknya yang tidak mau naik ke dalam bahtera ketika terjadi banjir besar (QS Hud:46). Allah berfirman, "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatannya) adalah perbuatan yang tidak baik. Karena itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu agar kamu jangan termasuk orang-orang yang bodoh."

Imam al-Maraghi menegaskan bahwa kebodohan bukan hanya fakir informasi dan pengetahuan. Akan tetapi, kebodohan juga adalah keadaan seseorang ketika pikiran yang sehat dan suara kebenaran dikalahkan oleh gelora syahwat atau sikap emosional. Keadaan seperti ini pasti pernah dialami semua orang.

Orang yang fakir akan informasi dan pengetahuan maka ia wajib mencarinya. Sementara, untuk kebodohan tipe kedua maka solusi baginya adalah taubat. Allah berfirman, "Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran jahalah (kebodohan) yang kemudian mereka bertaubat dengan segera." (QS Al-Nisa: 17).

Rasulullah pernah bersabda, "Semua manusia (punya potensi untuk) bersalah, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang bertaubat." (HR Tirmidzi dari Anas).

Imam al-Maraghi membagi orang yang bertobat kedalam empat tipe. Tipe pertama adalah orang dengan fitrah yang sempurna. Ia akan merasa sangat berdosa besar walaupun hanya melakukan perbuatan yang terkatagori dosa kecil. Tipe ini adalah pemilik nafsu muthmainnah.

Tipe kedua adalah orang yang dikendalikan nafsu amarah. Baginya, kebaikan adalah semua yang baik bagi dirinya. Tidak peduli seberapa buruk akibat perbuatannya bagi orang lain. Namun, setelah lama ia bergelimang dosa, Allah memberikan hidayah kepadanya. Sehingga, ia mau bertaubat dan kembali ke jalan Allah. Inilah orang beruntung.

Tipe ketiga adalah orang yang mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat dosa besar. Namun, orang ini sering kali gagal untuk menahan diri dari perbuatan yang terkategori dosa kecil. Gerak hatinya dikekendalikan oleh nafsu musawilah sehingga menganggap remeh perbuatan salah yang dianggap dosa kecil. Ia lupa dosa itu seperti debu yang renik.

Namun, jika debu yang renik dibiarkan maka lama-kelamaan debu itu membesar dan akhirnya akan menutupi rongga hati dan jika dibiarkan terus maka hatinya akan tertutup debu dan akhirnya membatu. Akibatnya, orang seperti ini akan mengalami kesulitan untuk membedakan salah dan benar; baik dan buruk.

Tipe keempat adalah orang yang dikendalikan nafsu lawwamah. Tipe orang ini sama sekali tidak memperhatikan apakah perbuatannya salah atau benar yang mengakibatkan dosa besar atau dosa kecil. Namun, ketika ia berbuat salah dan sadar akan dosa yang diakibatnnya maka ia bertaubat mohon ampun kepada Allah. Akan tetapi, ketika nafsunya mendorong dia untuk berbuat salah maka ia akan melakukannya lagi.

Kemudian, apabila ia tersadar, maka ia akan bertaubat kembali, dan begitulah seterusnya. Inilah yang disebut taubat sambal. Taubat tipe ini adalah taubat yang terendah derajatnya. Namun demikian, jika Allah menghendaki, Allah akan senantiasa menerima taubat dan mengampuni dosa manusia selama nyawa masih di kandung badan. Maka bertaubatlah. Wallahu a'lam bish shawab. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement