REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy mengatakan, islam dan demokrasi tidak perlu dipertentangkan. Karena, keduanya merupakan perjalanan sejarah yang cukup penting di Indonesia.
"Islam yang merupakan ajaran agama dan demokrasi sebagai sistem ketatanegaraan bisa berjalan bersama di bumi nusantara," kata Romi, panggilan akrab Romahurmuziy saat memberikan kuliah umum bertema "Islam dan Demokrasi di Indonesia" di depan ribuan mahasiswa UIN Walisongo, Semarang, Senin (31/8).
Hadir dalam kesempatan tersebut hadir Rektor UIN Walisongo Muhibbin, para guru besar, anggota DPR dan anggota DPRD Jawa Tengah. Romi menjelaskan, pertautan Islam dan demokrasi yang berjalan beriringan, menjadikan Indonesia sebagai percontohan bagi negara-negara Timur Tengah. "Islam dan demokrasi bisa berjalan bersama di Indonesia. Banyak negara Timur Tengah belajar ke Indonesia," kata Romi.
Romi melanjutkan, saat ini Indonesia menjadi negara terbesar ketiga dalam pelaksanaan demokrasi setelah Amerika Serikat dan India. Bahkan, dalam pelaksanaan Pilpres di Indonesia dilakukan secara langsung dan lebih maju dibanding Amerika Serikat.
"Islam yang diterapkan di Indonesia merupakan Islam Rahmatan Lil'alamin yang berwajah inklusif. Islam kebangsaan yang memperjuangkan nilai-nilai keislaman dalam NKRI," tuturnya.
Di akhir ulasan, Romi juga mengakui bahwa tidak semua unsur demokrasi seirama dengan Islam. Menurut dia, demokrasi yang dikembangkan di Indonesia adalah yang demokrasi berketuhanan. Yakni, demokrasi yang sejalan dengan nilai-nilai keislaman. "Bagi kami suara rakyat adalah suara rakyat, Suara Tuhan adalah suara Tuhan. Suara Tuhan diatas suara rakyat. Itulah prinsip Islam-demokrasi yang kita kembangkan," tegasnya.
Agama dan kekuasaan ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Agama merupakan pondasi kekuasaan, sementara kekuasaan yang menjaga agama untuk terus berkembang.
Menanggapi pemaparan Romi tersebut, Rektor UIN Walisongo Muhibin menyambut positif kuliah umum. Pihaknya berharap, mahasiswa mengambil hikmah melalui kegiatan akademik tersebut. "Sangat jarang, sarjana teknik bisa menjelaskan soal agama, politik, dan Islam," terang Muhibin.