REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagai negara mayoritas Islam, Indonesia dilirik Inggris sebagai tempat untuk belajar keislaman.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik mengatakan, pemilihan Indonesia dibanding negara Islam lainnya karena Indonesia adalah negara Muslim paling toleran.
Hal itu pula yang membuat Indonesia dipilih sebagai negara pertama yang dikunjungi Perdana Menteri Inggris David Cameron setelah terpilih kembali beberapa waktu lalu. Salah satu yang terpenting untuk dipelajari dari Indonesia, kata dia adalah pengendalian ekstremisme.
"PM saya bisa belajar di Indonesia bagaimana bisa mengendalikan ekstremisme," tegas Moazzam saat berkunjung ke kantor Harian Republika, Kamis (27/8).
Sekitar 500 atau 600 warga Indonesia diketahui bergabung dengan kelompok radikal ISIS. Sementara, di Inggris, sekitar 700 warganya bergabung ISIS, padahal jumlah muslim di negara tersebut hanya lima persen atau sekitar 2,5 juta orang.
"Jadi secara relatif ini masalah besar untuk Inggris, tapi Indonesia sangat berhasil untuk mengendalikan tren ini (bergabung dengan ISIS) ke Suriah dan Irak."
Ia melanjutkan, ekstremisme menjadi masalah besar di seluruh dunia dan jika tidak diatasi akan mempengaruhi pembangunan, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Ia juga mengaku kagum dengan adanya ideologi nasionalisme yang dimiliki Indonesia. Ideologi tersebut didukung semua orang dari berbagai agama. Sementara di Inggris, ia mengaku tidak memiliki ideologi nasional seperti itu.
Pengkajian pengalaman Indonesia ini membuat pihaknya berpikir bagaimana menciptakan suatu ideologi yang dipegang teguh oleh semua kalangan. "Tidak ada satu kelompok pun yang tidak mendukung Pancasila," lanjut Duta Besar keturunan Pakistan itu.
Ia juga mengaku kagum dengan keberadaan dua organisasi Islam di Indonesia, Muhammadiyah dan NU. Keduanya diakui Moazzam memiliki peran pelayanan sosial dan memimpin cara anggotanya beribadah melalui masjid-masjid, pesantren, dan universitas.
Namun, dua organisasi besar tersebut juga peduli dengan masalah umum selain keagamaan. Misalnya, isu perubahan iklim dan ekonomi. "Jadi ini isu-isu yang relevan untuk gaya hidup yang nyata," katanya.
Peran pemerintah juga dinilai Dubes beragama Islam ini, mampu mengendalikan rakyatnya. Pemerintah bersama dengan organisasi besar mampu bekerjasama untuk menjaga rakyatnya dari keterlibatan ekstremisme.
Ia menilai, pemerintah Indonesia berperan kuat untuk mengontrol agar rakyatnya tidak terpengaruh. Hal ini membuat Inggris berusaha mengambil banyak pelajaran keislaman dari Indonesia.
Untuk itu, pihaknya akan membawa dosen Muslim, remaja Muslim dan pemimpin Muslim dari Inggris ke Indonesia untuk belajar secara langsung. Dengan begitu, para Muslim Inggris tersebut akan dapat menyebarkan toleransi yang ada di Indonesia ke negaranya.