REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi UIN Syarief Hidayatullah Dr Sihabuddin Noor dalam paparannya mengatakan, munculnya gerakan radikalisme keagamaan tidak disebabkan oleh faktor tunggal yang berdiri sendiri. Berbagai faktor seperti ekonomi, lingkungan pendidikan, dan politik kawasan dan dunia turut serta mempengaruhi sikap radikalisme dalam Islam.
"Radikalisme juga seringkali digerakkan oleh pemahaman keagamaan yang sempit, perasaan yang tertekan dan terhegemoni, adanya perasaan ancaman secara psikososial serta ketidakadilan lokal dan global," kata Syihabuddin.
Menurut dia, Islam di Indonesia yang telah berinteraksi secara damai selama berabad-abad, telah memberikan corak dan warna yang khas Nusantara berbeda dengan corak dan perkembangan Islam dibelahan dunia lainnya. Kekhasan ini tumbuh dan berkembang sesuai dengan alur dan perkembangan budaya dan peradaban.
Sedangkan Ketua FSPP Banten M Shodiqin menyoroti tentang makna kemerdekaan bangsa Indonesia saat ini yang belum sepenuhnya merdeka dilihat dari sisi ekonomi, politik dan budaya. "Dari sisi teritorial Indonesia memang sudah merdeka. Namun dari sisi ekonomi, budaya, politik dan lainnya tentu belum. Termasuk juga dari sisi ideologi kita yakni pancasila sudah banyak terganggu atau serangan dari ideologi lain," katanya.