REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kondisi lingkungan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sangat kondusif untuk mencegah benih-benih sikap kekerasan, anarkisme, dan ekstrimisme. Sebab Yogyakarta memiliki nilai-nilai budaya yang sangat toleran terhadap sesama warga.
Demikian diungkapkan M Mukhtasar Syamsuddin, peneliti Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY pada workshop ‘Penguatan keluarga dalam pencegahan terorisme dan radikalisme’ di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (15/8/2015). Workshop ini menekankan pada pemberdayaan masyarakat bidang pemuda dan perempuan.
Lebih lanjut Mukhtasar mengatakan, sikap radikalisme tumbuh subur di berbagai wilayah DIY. Namun luasannya relatif kecil sehingga tidak mengkhawatirkan akan menjadi besar. “Sebab Yogyakarta memiliki nilai-nilai budaya yang sangat baik untuk menekan benih-benih sikap radikalisme,” kata Mukhtasar.
Benih-benih radikalisme ini muncul karena Yogyakarta memiliki banyak lembaga pendidikan. Sehingga banyak kaum muda dari penjuru nusantara yang datang ke Yogyakarta untuk menutut ilmu. Selain itu, Yogyakarta sebagai kota budaya memiliki beragam etnik dan agama.
Sedang menurut Ketua FKPT DIY, KH Abdul Muhaimin Yogyakarta sebagai kota budaya membuat sikap terorisme dan radikalisme sulit berkembang. Penerapan Islam kaffah bisa menjadi solusi bagi keterpurukan atau ketertinggalan umat Islam saat ini.
Kata Abdul Muhaimin, radikalisme, terorisme dan militansi yang berkembang di kalangan remaja dan pemuda Yogyakarta melalui proses bertingkat. Pertama, membuka kesadaran yang kemudian berkembang.
Kedua, jika kesadaran ini menemukan habitat yang mendukung maka menjadi terorisme dan radikalisme. “Karena itu, mencegah sikap terorisme dan radikalisme di kalangan remaja sangat penting,” tandas Muhaimin.