Sabtu 15 Aug 2015 08:50 WIB

Begini Kisah Feminis Muslimah di Arab Saudi

Rep: c35/ Red: Damanhuri Zuhri
Muslim Arab Saudi (ilustrasi)
Foto: EPA
Muslim Arab Saudi (ilustrasi)

REPUBLIKA. RIYADH -- Mona Eltahawy, adalah seorang jurnalis dan penulis yang pernah menulis buku berjudul Head Scarves and Hymens. Buku tersebut mengecam perlakuan terhadap perempuan di negara-negara Islam.

Ketika berusia 15 tahun, dia pindah dari Inggris ke Arab Saudi. Pada saat itulah momen yang mengejutkan untuk dirinya. Ibunya yang seorang berpendidikan tinggi tidak mengijinkan dia keluar rumah atau pergi ke mana-mana kecuali ditemani dengan seorang laki-laki.

Selain itu juga diberlakukan aturan, laki-laki dan perempuan dipisahkan. Hal itu membuat Eltahawy menganggap segala aturan tersebut membuat perempuan layaknya sebagai perwujudan dosa. Atas kondisi tersebut dia sempat mengalami depresi.

Namun kemudian dia seperti menemukan jalan keluar, yaitu dengan menjadi feminis muslim. Dan kini dia merasa senang menjadi seorang Muslimah.

"Saya selalu mengatakan sekarang untuk menjadi seorang perempuan di Arab Saudi, seorang gadis atau wanita, Anda pada dasarnya memiliki dua pilihan: untuk kehilangan kebebasan berpikir Anda atau menjadi seorang feminis," katanya menurut NPR, Sabtu (15/8).

Dia mengaku mengenal istilah feminis ketika dirinya berusia 19 tahun. Pada masa-masa depresinya, istilah itu membuat dia menemukan hidupnya kembali.

Dengan prinsip tersebut dia telah mampu menentang tradisi kolot yang merupakan percampuran antara budaya lokal dan Islam yang menurutnya racun.

Kini, hampir 30 tahun dia menjadi seorang feminis muslim, yang telah memiliki prinsip yang teguh menjadi seorang muslimah seperti yang dia kehendaki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement