Senin 10 Aug 2015 22:30 WIB

Komisi Eropa Setujui Bantuan untuk Imigran Timur Tengah dan Afrika

 Ribuan migran berusaha menyeberang secara ilegal ke Inggris, di Prancis utara, Calais, Senin (3/8).  (AP/Emilio Morenatti)
Ribuan migran berusaha menyeberang secara ilegal ke Inggris, di Prancis utara, Calais, Senin (3/8). (AP/Emilio Morenatti)

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Komisi Eropa pada Senin menyetujui bantuan 2,4 miliar euro (lebih dari 26 triliun rupiah) untuk lebih dari enam tahun bagi beberapa negara, termasuk Yunani dan Italia, yang berjuang mengatasi lonjakan jumlah pendatang.

Italia akan menerima bantuan paling banyak, hampir 560 juta euro, sedangkan Yunani dijadwalkan menerima 473 juta.

Ketegangan meningkat pada tahun ini akibat ribuan pendatang dari Timur Tengah dan Afrika mencoba mendapatkan suaka di Eropa Bersatu.

Di Calais, hambatan bagi pendatang masuk Inggris secara gelap melalui Eurotunnel dari Prancis, tercatat beberapa pendatang tewas pada bulan ini.

Beberapa bantuan itu akan disalurkan ke pemerintah Prancis dan Inggris untuk mengatasi bencana di Calais tersebut.

"Kami sekarang dapat mengucurkan dana untuk Prancis dan Inggris telah menerima pencairan pertama dananya," kata Natasha Berthaud, wanita juru bicara Komisi Eropa, dalam jumpa pers.

"Kedua kegiatan itu akan, antara lain, juga menangani keadaan di Calais," katanya.

Komisi itu berencana menyetujui tambahan 13 kegiatan lagi pada akhir tahun ini, yang akan dilaksanakan negara anggota Eropa Bersatu. Prasarana Yunani tidak sanggup menangani ribuan pendatang, yang mendarat di pantainya dari kawasan perang, seperti, Suriah dan Afghanistan, serta memerlukan bantuan Eropa Bersatu, kata Perdana Menteri Alexis Tsipras.

"Sekarang saatnya melihat jika UE setia kawan atau yang setiap orang berupaya melindungi perbatasannya," katanya setelah pertemuan dengan menteri penanganan arus masuk pendatang. Badan pengungsi PBB sebelumnya menyeru Yunani mengendalikan "kekacauan" di kepulauan laut Tengah, tempat ribuan pendatang mendarat.

Negara anggota Eropa Bersatu juga harus berbuat lebih banyak untuk berbagi beban dengan Yunani, yang dalam Juli saja kedatangan 50 ribu orang, kata direktur UNHCR untuk Eropa Vincent Cochetel setelah mengunjungi pulau Lesbos, Kos dan Chios di Yunani.

"Arus pendatang ke Yunani melampaui kemampuan prasarana pemerintah kami," kata Tsipras, "Kami mempunyai masalah nyata untuk menghadapinya dan itu sebabnya kami minta bantuan UE." Yunani bersama Italia menjadi garis depan gelombang besar pendatang, yang mencari keamanan dan masa depan lebih baik di Eropa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement