REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Kebijakan lima hari sekolah bagi siswa SMA maupun sekolah kejuruan yang digulirkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menuai pro dan kontra di masyarakat.
Namun, di balik persoalan atas kebijakan yang sudah diujicobakan tersebut, ada beberapa hal positif yang dapat diambil manfaatnya.
"Ini berdasarkan masukan dari sejumlah kepala sekolah yang telah menerapkan, dengan lima hari sekolah dan pemadatan jam pelajaran pada hari efektif terjadi pembiasaan menunaikan shalat secara berjamaah di sekolah," kata Kabid SMA dan SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, M Taufiqurrahman, Senin (10/17).
Dengan waktu belajar di sekolah hingga pukul 15.30 WIB, siswa berkesempatan menunaikan shalat Dhuhur dan Ashar di sekolah.
Dengan lima hari sekolah, lanjutnya, para siswa ternyata juga terbiasa melaksanakan amalan sunnah, puasa Senin dan Kamis karena waktu di sekolah relatif lebih panjang.
Selain itu, lima hari sekolah juga menuntut sekolah untuk melakukan strategi penyusunan jadwal sekolah menjadi lebih efektif. "Terutama untuk mata pelajaran (mapel) produktif," kata Taufiq.
Anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah Achsin Ma'ruf pun ikut menyoroti kesiapan fasilitas ibadah di sekolah yang menurutnya belum siap.
Terutama belum semua sekolah memiliki masjid kecuali mushala dengan kapasitas yang masih terbatas. "Pertanyaannya, dimana para siswa ini akan ditampung saat shalat berjamaah," tegas politisi PAN tersebut.
Menanggapi hal ini, Taufiq mengakui, hampir sebagian besar fasilitas ibadah yang dimiliki sekolah menengah di Kabupaten Semarang telah memiliki fasilitas ibadah yang memadai.
Kalaupun ada sekolah yang bekum memiliki tempat ibadah yang representatif, tentu akan menyiapkan satu ruang untuk shalat berjamaah.
Jika memang belum mencukupi, shalat berjamaah bisa dilaksanakan di masjid terdekat. Ia mencontohkan, SMAN 1 Ungaran dengan jumlah siswa yang besar boleh jadi kapasitasnya kurang.
Akan tetapi, sekolah ini lokasinya bersebelahan dengan masjid Istiqomah. "Jadi shalat berjamaah bisa dilakukan di masjid ini," tegasnya.
Taufiq menambahkan, kebijakan lima hari sekolah sesuai surat edaran Gubernur Jawa Tengah bisa diterapkan selektif dan tidak mengikat wajib.
Di Kabupaten Semarang, dari 28 SMA,baik negeri maupun swasta--hanya tiga sekolah yang tak melaksanakan lima hari sekolah. Masing-masing SMA Bina Insani Tengaran serta SMA Muhammadiyah Sumowono dan Susukan.
Sedangkan dari 34 SMK baik negeri maupun swasta, ada 10 SMK yang tidak melaksanakan. Ada sejumlah alasan mengapa sekolah ini tidak menerapkan lima hari sekolah.
"Seperti alasan akses transportasi yang sulit, sosial ekonomi karena orang tua harus mengeluarkan biaya tambahan, bersamaan dengan kegiatan pondok dan adanya jam produktif di masing- masing SMK," tambah Taufiq.