Ahad 09 Aug 2015 17:23 WIB

Pesantren Ulil Albab Prioritaskan Latihan Kepemimpinan

Rep: c33/ Red: Agung Sasongko
Ketua Umum Baznas, Didin Hafiudin.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum Baznas, Didin Hafiudin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan pesantren mahasiswa dan sarjana Ulil Albab Didin Hafidhuddin menekankan pentingnya melatih kepemimpinan dibandingkan kewirausahaan secara praktis.

Pesantren Ulil Albab masih berada dalam satu kawasan dengan Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA) dan Mesjid Al-Hijri 2. Tepatnya terletak di Jl. KH. Soleh Iskandar, KM. 2 Kedung Badak Bogor. Sebagai pesantren yang bersinergi dengan universitas, Didin menilai lebih baik pendidikan difokuskan kepada kemampuan memimpin.

"Kalau di ulil albab itu dilatih kepemimpinan, soalnya biasanya santrinya itu mahasiswa, ketua lembaga gitu," ujarnya saat dihubungi ROL, Ahad (9/8).

Mantan rektor UIKA tersebut menyatakan pelatihan wirausaha seperti pemberian modal bukanlah fokus pesantren Ulil Albab. Ia percaya dengan pelatihan kepemimpinan maka bisa menciptakan kader-kader pemimpin Islam selanjutnya."Kalau diberi modal itu bukan fokusnya kesitu. Ditekankan sosok kepemimpinan sehingga banyak lulusan bagus," ujarnya.

Karena itu, bentuk pelatihan kepemimpinan yang ia buat di pesantren Ulil Albab berupa kemandirian proses belajar. Ia melatih santri untuk mengatur sendiri kegiatan belajar tanpa tergantung dari pengurus pesantren."Dari proses belajar mengajar dan kegiatan itu diatur sama mereka sendiri," jelasnya.

Ditambah lagi, guna mendukung proses menjadi pemimpim maka membutuhkan kemampuan berpikir dan berorasi yang baik. Maka ia sudah menjadikan kegiatan ceramah dan menulis sebagai salah satu metode pengajaran.

Perlu diketahui, pesantren Ulil Albab  berdiri pada 15 Juli 1987 hasil prakarsa dari lima tokoh ulama yaitu Dr. Muhammad Natsir (mantan Perdana Menteri Indonesia), K.H. Soleh Iskandar (Pendiri Universitas Ibn Khaldun), K.H. TB. Hasan Bashri (Ketua MUI) Prof. AM. Saefuddin (Mantan Menteri Pertanian), dan termasuk Didin sendiri.

Mereka mengkonsepkan integrasi tiga pilar kebangkitan untuk melahirkan ulama yang intelektual dan intelektual yang ulama yaitu kampus, pesantren, dan mesjid.

Ada banyak kegitan bagi santri di antaranya ialah kajian kitab kuning (klasik), kajian kitab putih (kontemporer), perkuliahan intensif, studi banding ilmuiah, kajian Timur Tengah, workshop pemikiran Islam, seminar peradaban (baik nasional maupun internasional), diskusi ilmiah, jurnalistik, silaturahim tarbawi, English Club, Arabic Club, bimbingan belajar intensif. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement