REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tudingan yang dilontarkan tim sukses KH Salahuddin Wahid, Andi Jamaro Dulung soal adanya dugaan 'money politics' terkait dukungan pelaksanaan AHWA dalam memilih Rais Aam adalah cara tak beradab dan menghina kiai. Andi diminta tak asal bicara hanya demi mengejar ambisi politik yang akhirnya menghalalkan segala cara di Muktamar NU ke-33 di Jombang pada 1 sampai 5 Agustus.
“Yang kemarin bicara ada 'money politics' Rp 15 sampai Rp 25 juta untuk dukung AHWA itu ngawur. Janganlah merusak muktamar ini dengan nafsu menghalalkan segala cara hanya karena ingin menang. Ini organisasi para kiai, para kiai tahu apa yang terbaik untuk organisasinya, jangan karena para kiai ingin AHWA lalu dituding 'money politics',” kata Sekretaris PWNU NTB KH Lalu Winengan lewat keteranganya Selasa (4/8).
Pria yang mengaku sebagai pelayan kiai tersebut mengingatkan, Andi sebagai sesama warga Nahdliyin harus bisa menjaga mulut dan hatinya untuk menjaga marwah dan muruah organisasi NU. Jangan justru mengumbar aib yang merusak NU dan para kiai hanya demi ingin menguasi PBNU.
“Ini organisasi para kiai, organisasi yang menjunjung tinggi ahlaqul karimah. Kalau ada masalah, ya dibicarakan di dalam, bukan dibuka ke media, yang akhirnya orang lain tahu dan menertawakan kita. Itu perilaku yang merusak NU kalau ada yang mentalnya begitu. Kalau cinta NU, kalau ada masalah di NU justru di tutupi bukan diumbar ke mana-mana,” ujarnya.
Terkait tudingan Andi Jamaro yang mengatakan bahwa persoalan yang ada di muktamar Jombang yang ke 33 ini karena di belakang Panitia ada parpol tertentu juga ditolak peserta utusan NTB tersebut. Menurut dia, Andi sebagai politikus PPP tidak layak menuding dan menyalahkan parpol lain kalau tidak mampu menggalang dukungan kepada calon yang diusungnya.