REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Ketua Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor Rahmat Hidayat Pulungan mengimbau seluruh kader Ansor bersikap netral dengan tidak terlibat dukung-mendukung calon pada Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur.
"Pemuda Ansor harus sadar posisi dan jangan terjebak urusan dukung mendukung," ujar Rahmat dalam pernyataan tertulisnya di Jombang, Senin (3/7).
Ucok, sapaan akrab Rahmat Hidayat, menegaskan bahwa tugas GP Ansor adalah mengawal dan mempersatukan ulama, bukan memecah belah ulama. "Saya mengajak Pemuda Ansor untuk berada diposisi tengah dan tidak memihak salah satu pandangan. Tugas Ansor adalah menyatukan pihak-pihak yang berbeda pandangan," katanya.
Dia mengungkapkan keprihatinan terhadap pelaksanaan Muktamar NU yang diwarnai kericuhan serta seolah-olah terpolarisasi dalam dua kubu yang saling berhadapan. "NU itu selalu memilih politik jalan tengah. Tetapi hari ini kita melihat seolah-olah hanya ada dua pilihan, kalau tidak kiri ya kanan," kata dia.
Ucok menyatakan bahwa kericuhan dan kekisruhan muktamar jelas memalukan NU. "Katanya NU menjadi contoh Islam di dunia, tetapi saat pertemuan ulama malah ricuh dan gaduh," ujarnya. "Aktor-aktor di balik kekacauan ini harus minta maaf kepada pendiri NU, kalau tidak kualat nanti," tambah Ucok.
Dia menilai kericuhan dalam Muktamar NU kali ini disebabkan oleh adanya pemaksaan terhadap sistem pemilihan pimpinan NU dengan model Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa). "Sistem pemilihan dengan Ahwa ini baik, tetapi caranya salah, kurang dialogis," katanya.