REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Muktamar Aisyiyah ke-47 kali ini bertepatan dengan usia satu abad Aisyiyah. Dengan usia ini, Aisyiyah bisa disebut sebagai organisasi perempuan yang cukup panjang. Rentang waktu yang cukup lama membuat Aisyiyah mampu bergerak bukan hanya dalam segi agama.
Gerak langkah Aisyiyah telah tumbuh dan berkembang ke berbagai sektor utamanya pada bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, kesejahteraan sosial dan hukum.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Noordjannah Djohantini menuturkan, dalam tanwir dan Muktamar Aisyiyah kali ini merupakan perhelatan akbar ‘Aisyiyah yang istimewa karena bertepatan dengan satu abad usia ‘Aisyiyah.
Untuk itu dalam kegiatan kali ini, Noordjannah ingin menjadikan tanwir dan Muktamar menghasilkan harapan dan cita-cita Aisyiyah dalam memasuki abad kedua. Salah satunya dengan mendukung penyamarataan harkat perempuan untuk mampu menjadi pahlawan nasional.
"Sejauh ini banyak sekali perjuangan perempuan yang telah dilakukan. Namun jarang diakui dan dicatatkan dalam sejarah. Untuk itu Aisyiyah ingin mendesak agar tokoh-tokoh pejuang perempuan mampu menjadi pahlawan nasional," ujar Noordjannah dalam sambutan tanwir Aisyiyah, Sabtu (1/8).
Selain itu, Noordjannah menuturkan perempuan di indonesia mengalami banyak tantangan seperti problem kekerasan di rumah tangga, //women trafficking//, pelemahan intitusi keluarga, minimnya perlindungan bagi perempuan khususnya mereka yang bekerja di sektor informarl hingga minimnya keterlibatan perencanaan sebuah pembangunan baik di perkotaan maupun pedesaan.
Untuk menyikapi ini, Aisyiyah menyiapkan berbagai langkah strategis. Di antarnya gerakan pencerahan yang berbasis pada pandangan Islam berkemajuan, dakwah pencerahan melalui strategis pemberdayaan dan advokasi hingga memperluas peran keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal.
"Agenda tersebut akan menjadi penanda Aisyiyah dalam meneguhkan identitas Aisyiyah sebagai gerakan perempuan muslim untuk mencerahkan bangsa," papar Noordjannah .
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Malik Fadjar mengatakan anwir dan Muktamar kali ini merupakan tonggak untuk mencanangkan langkah ke depan memasuki abad kedua. Menurut Malik, kekuatan gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah terletak pada cita-cita yang berlandaskan pada paham Islam yang berkemajuan.
"Maka, cita-cita itu harus didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kompetensi, komunikasi maupun jejaring yang lebih luas tanpa kehilangan identitas, serta menjaga idealisme,".