Senin 27 Jul 2015 21:47 WIB

KKNI Jawaban Kebimbangan Calon Mahasiswa Prodi Agama

Rep: c30/ Red: Agung Sasongko
Ratusan guru agama mengikuti seminar kurikulum Pendidikan Agama Indonesia. (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supri
Ratusan guru agama mengikuti seminar kurikulum Pendidikan Agama Indonesia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasubdit Akademik Kementerian Agama RI Muhammad Zain mengungkap, pihaknya telah melakukan revolusi kurikulum total. Sebagai contoh revisi, PAI yang dahulu sebagai program untuk menjembatani kekurangan guru bidang agama Islam di sekolah-sekolah umum, sekarang direvisi secara total. Lulusan PAI juga memiliki keahlian di bidangnya secara serius.

"Dia memilih ilmu tersebut dan dia mendalami ilmu tersebut," ujarnya, Senin (27/7).

Jadi bukan saja PAI, tapi ada 40 jenis ilmu agama yang melakukan revolusi kurikulum. Yaitu, PGMI, PGRA, Perbandingan Agama, Perbandingan Mazhab, Syasah (pemikiran politik islam), Jinayah (hukum pidana islam), Akhwalus Saksiah (hukum keluarga islam), Perbankan Syariah, Ekonomi Syariah, Akuntansi Syariah, Asuransi Syariah, Bahasa dan Sastra Arab, Pendidikan Bahasa Arab, Zakat dan Wakfa, Tafsir Ilmu Alquran, Ilmu Hadits, Agama dan Filsafat, Bimbingan Masyarakat Islam, Penyuluhan Masyarakat Islam, Dirosat Islamiyah, Tasawuf dan Sikologi terapi, dan Ilmu Sikologi Islam (sebagai ilmu pengembnagan baru).

Zain percaya, ilmu-ilmu tersebut akan menjawab kebutuhan masyarakat. Untuk itu, perlu ada sosialisasi pada masyarakat sehingga masyarakat percaya bahwa ilmu-ilmu yang dikembangkan, ditawarkan, dibahas, dikaji di perguruan tinggi ini sebagai kebutuhan bersama.

Misalnya, kata dia, Lulusan ilmu tafsir, akan menjadi mufasih pemula yang berpengetahuan luas, mampu mengkaji dan menerjemahkan alquran dan tafsirnya, menguasi ilmu alquran, ragam ilmu pendukung klasik dan modern, menguasai metode penafsiran, dan mampu menerapkan ilmu tafsir.

"Jadi orang tahu, anak saya belajar 4 tahun tafsir itu yang mereka capai. Ini yang memberikan jawaban untuk masyarakat," terang Zain.

Jadi KKNI ini, menjadi jawaban kebimbangan calon mahasiswa untuk tidak lagi merasa ragu memilih prodi-prodi agama. Asal, Zain menggarisbawahi bahwa SKPI dibuat dengan jujur.

"Dengan SKPI ini, dunia kerja mengerti bahwa kita punya kemampuan lain. saya yakin jika diterapkan, diimplemantasikan baik, SKPI dibuat dengan jujur, saya yakin alumni kita akan memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing dan memeiliki kepercayaan pasar," jelas Zain.

Dalam KKNI, bisa diketahui pencapaian pembelajaran yang dicapai oleh mahasiswa. Dengan begitu, menurut Zain akan tergambar kemampuan mahasiswa setiap lulusan. Tergambar kompetisi keahlian, mengenai sikap atau kepribadian seseorang juga.

Di sisi lain, Zain juga menyiapkan KKNI supaya mahasiswa lulusan universitas mampu bersaing sehat dalam menyambut MEA ASEAN nanti. ada 1175 perguruan tinggi di 10 negara ASEAN, dan bukan saja persaingan tentang barang dan jasa. Untuk itu, Zain berharap, saat MEA nanti warga Indonesia bukan hanya sebagai penonton, tapi juga mampu untuk ikut berkompetisi.

"Draf KKNI ini sudah selesai, sudah melewati tahap pengkajian, tinggal pertemuan satu kali lagi untuk sosialisasi pada dirjen bimas agama lain, dan tandatangan menteri," ujar Zain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement