Sabtu 18 Jul 2015 03:33 WIB

'Ciptakan Budaya Minta Maaf'

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Meminta maaf memang terkadang bukanlah perkara yang mudah, namun, bukan berarti kita tidak mampu melakukannya
Foto: Net/ca
Meminta maaf memang terkadang bukanlah perkara yang mudah, namun, bukan berarti kita tidak mampu melakukannya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mungkin memandang lumrah tradisi minta maaf di hari raya. Tidak demikian bagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan. Menurut dia, minta maaf di hari raya Idul Fitri sudah menjadi budaya yang khas di Indonesia.

“Ketika kita mengatakan, ‘Maafkan saya lahir maupun batin’, ekspresi itu tampaknya sederhana. Tapi, kalau kita berada di Mekkah atau negeri lain, lalu kita mengatakan hal yang sama, orang sana akan kaget,” kata Anies Baswedan di sela-sela open house kepada ROL, Jumat (17/7).

Anies melanjutkan, orang di luar negeri justru akan bingung dan bertanya-tanya. Anda tidak berbuat apa-apa. Mengapa harus minta maaf? Namun, menurut Anies inilah indahnya tradisi lebaran di Indonesia. Pasalnya, setiap orang pasti memiliki kekeliruan dalam setiap interaksi dengan orang lain.

Ia menjelaskan, minta maaf sudah menjadi satu budaya di Indonesia. Ini bisa menjadi budaya lantaran sudah diajarkan dari dulu. Kita diajarkan untuk saling meminta maaf, kemudian mempraktikkan atau membiasakannya setiap tahun.

Setiap satu Syawal, umat Islam di Indonesia saling bermaafan. Mendikbud melanjutkan, lama kelamaan minta maaf menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang diteruskan akan menjadi budaya. Budayanya adalah meminta maaf. Hal ini menurutnya satu tradisi luar biasa yang harus dijaga dan dikembangkan.

“Saya malah ingin menyampaikan pesan pada semua, banggalah jadi orang Indonesia karena di Indonesia ini Islam jadi terasa hangat. Islam jadi terasa ada nuansa persahabatan dan kaya dengan unsur tradisi yang sifatnya lokal,” kata Anies.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement