REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bagi umat Islam di Indonesia istilah Idul Fitri dimaknai dengan 'kembali ke Fitrah', yang sering diartikan menjadi ajang memaafkan dan memperkuat silaturahim.
Budaya saling memaafkan dan bersilaturahim yang lazim dikenal sebagai Halal Bil Halal ini, menjadi agenda penting di setiap lapisan masyarakat hingga instansi pemerintahan. Namun sayang, kegiatan ini terkadang hanya sekedar seremonial yang jauh dari substansi sebenarnya, yakni menjaga ukhuwah Islamiyah.
“Generasi muda Islam pun semakin minim memahami substansi Halal bi Halal dengan penguatan Ukhuwah Islamiyah,” ujar Ketua Umum Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Salam Universitas Indonesia, Egi Mahira beberapa waktu lalu.
Menurut dia sudah bukan rahasia umum lagi bila umat Islam di Indonesia terfragmentasi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok merasa paling benar dengan pandangannya sendiri.
Fragmentasi umat Islam ini, menurut dia, diakibatkan banyak hal, mulai dari perbedaan pandangan politik, paham keagamaan hingga perbedaan penetapan hari raya Idul Fitri. Ia mencontohkan, paska pilpres 2014 umat Islam bahkan terkelompok-kelompok dalam koalisi politik yang cenderung tidak sehat bagi umat Islam itu sendiri.
"Sudah jamak diketahui masyarakat, hanya perbedaan yang sifatnya khilafiyah semata, umat Islam di Indonesia saling menghina, menjelekkan hingga saling mengkafirkan," ujar mahasiswa Fakultas Hukum UI 2012 ini. Hal ini membuat semakin rawannya perpecahan umat Islam terutama mereka yang masih awam.
Menurut Egi, sebenarnya kekhawatiran juga muncul khususnya bagi generasi muda yang tidak memahami benar apa yang menjadi perselisihan di antara umat Islam saat ini. Karena generasi muda paling gampang menjadi bagian dari komoditas kelompok tertentu.
Ia khawatir tanpa pemahaman yang lengkap dari generasi muda bahwa perselisihan di antara umat Islam yang sifatnya politik dan khilafiyah tersebut, justru akan merapuhkan keimanan generasi muda.
Karena itu sebagai generasi muda Islam, ia berharap momentum kembali ke fitrah menjadi sarana untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah. Khususnya bagi berbagai elemen masyarakat Islam yang selama ini berbeda pandangan, baik dari sisi politik maupun hal hal yang sifatnya fikih dan khilafiyah. Salah satu yang paling mudah adalah saling memahami dan menghargai pandangan masing-masing.
"Tidak lagi saling menghina dan menjatuhkan serta merasa paling benar," ujarnya.