Rabu 15 Jul 2015 05:28 WIB

Dompet Dhuafa Semangati Pengungsi Rohingya di Hari Raya

Rep: c94/ Red: Agung Sasongko
Pengungsi Muslim Rohingya di Aceh
Foto: BMH
Pengungsi Muslim Rohingya di Aceh

REPUBLIKA.CO.ID, PAMULANG -- Tidak bagi Muslim Rohingya menjalani Ramadhan di negeri asing. Tentu menjadi harapan seluruh Muslim Rohingya dapat melaksanakan puasa di negeri kelahirannya. Apa daya, Muslim Rohingya menjalani puasa di pengungsian.

Latar belakang itu yang mendorong Dompet Dhuafa menggelar shalat ied bersama di pengungsian.  “Shalat hari raya Idul Fitri yang diinisiasi Dompet Dhuafa bersama Majelis Ta’lim Assunni tersebut bertujuan untuk menambah semangat hari raya masyarakat Rohingya,”kata Divisi Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) Fajar Shafari Nugraha pada Selasa (14/7) di Tangerang Selatan.

Perayaan Idul Fitri di pengungsian pun menjadi ajang renungan bagi masyarakat Rohingya. Hal itu agar mereka tak lagi merasa disingkirkan.

Selama bulan Ramadhan Dompet Dhuafa masyarakat Rohingya yang berada di Kuala Langsa mengikuti berbagai kegiatan untuk mengisi hari-hari mereka selama di pengungsian. Mereka disibukkan dengan beragam kegiatan keagamaan.

Di antara kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat Rohingya di Aceh adalah kegiatan membaca Iqra bagi anak-anak. “Kegiatan membaca Iqra dimulai sejak pukul 08:00 hingga 10:00 di posko Sekolah Ceria yang dibangun oleh Dompet Dhuafa,” ujar Fajar.

Tak hanya itu, pengungsi Rohingya pun mendapat pengajaran dasar agama Islam (berwudhu, mengaji) dan tausyiah. Salat tarawih berjamaah serta kegiatan buka bersama pun rutin dilaksanakan selama bulan suci Ramadhan. Lebih dari dari seratus masyarakat Kuala Langsa yang hadir dalam buka bersama tersebut.

“Setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu kita gelar pengajian rutin setiap ba’da ashar. Kita juga melakukan sholat tarawih yang diimami oleh ulama lokal yang telah bekerjasama dengan Cordofa,”katanya.

Di luar program Ramadhan, Dompet Dhuafa juga membuka Sekolah Ceria untuk anak-anak Rohingya melakukan kegiatan belajar. Di Sekolah Ceria pengungsi dapat belajar bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Rohingya sendiri agar mereka dapat mudah berkomunikasi nantinya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement