REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki hari raya Idul Fitri atau biasa disebut lebaran, umat Muslim dihadapkan pada fase baru kehidupan. Lebaran dapat dimaknai sebagai hari kembalinya kesucian manusia setelah menjalani ujian di bulan ramadhan.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf amin mengatakan lebaran memang waktunya bagi manusia untuk kembali menjadi pribadi lebih baik."Lebaran itu maknanya kita selesai lah bulan ramadhan kembali ke kebersihan kita," ujarnya kepada ROL pada Selasa (14/7).
Ia mengharapkan selama satu bulan Ramadhan, umat Muslim sudah mengalami penempaan. Hasil yang diinginkan yaitu proses pembersihan sehinga menjadi kemenangan di hari raya.
Idul Fitri juga bisa dimaknai sebagai puncak dari pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Idul Fitri memiliki keterkaitan makna dengan tujuan akhir yang ingin diraih dari pelaksanaan kewajiban berpuasa.
Apalagi secara bahasa atau etimologi Idul Fitri berarti hari raya kesucian atau bisa juga diartikan sebagai Hari Kemenangan umat Islam. Kemenangan disini adalah bentuk dari kemenangan dalam menggapai kesucian atau perwujudan dari kembali kepada keadaan fitrah.
Kiai Ma'ruf mengimbau ada syarat tertentu agar tergolong sebagai orang yang memperoleh kemenangan tersebut."Orang-orang yang diterima puasanya, yang kembali menjadi lebih baik, sudah bisa mengendalikan diri, taatnya tambah, kebaikan tambah, ketidakbaikannya hilang setelah digodok selama ramadhan," katanya. Ia pun mengandaikan orang yang memperoleh kemengan idul fitri seolah sudah menang perang.
Namun segala kebaikan yang dilakukan selama bulan Ramadhan patutnya tidak berakhir begitu saja. Kiai Ma'ruf menilai setelah Ramadhan tugas umat Muslim belumlah usai, melainkan dengan berakhirnya ramadhan maka memulai lagi sesuatu yang baru.
"Apa yang sudah kita peroleh maka harus jadi modal untuk hari-hari berikutnya," jelasnya.