REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Islam (CIBEST) Institut Pertanian Bogor (IPB), Irfan Syauqi Beik, menilai mudik memang menggerakan uang dari desa ke kota. Namun merata atau tidaknya ekonomi selama periode lebaran tergantung pada pemanfaatan dananya.
Lebih lanjut, ia menyarankan agar pemanfaatan dana di desa itu lebih diarahkan kepada yang bersifat modal. Lewat cara itu ekonomi bisa berputar lebih panjang."Ada pikiran menfokuskan dana ke hal yang produktif, misalnya nambahin modal peternakan di kampung. Kalau seperti itu efeknya lebih panjang," imbaunya.
Di sisi lain, ia menjelaskan penggunaan dana ke arah konsumtif hanya menguntungkan produsen. Tapi ia tak menampik jika ekonomi Indonesia memang mengandalkan sektor konsumsi."Ekonomi kita digerakan konsumsi, maka bagus bisa jadi stimulus menjaga tingkat konsumsi agar tidak turun," katanya.
Ditambah lagi, dengan menjaga daya beli konsumen maka bisa mencegah penurunan ekonomi yang terus berlanjut. Terkait peningkatan atau penurunan nilai tukar rupiah, ia menilai mudik tidak akan berdampak secara langsung.
Namun hal itu bisa saja terjadi andai warga Indonesia di luar negeri mudik secara besar-besaran ke kampungnya masing-masing."Mereka (warga Indonesia di luar negeri yang mudik) tukarkan uang asing dengan rupiah secara signifikan baru bisa mempengaruhi," tuturnya.