REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Isu pembalut berbahaya yang mengandung klorin bukan kali pertama beredar di tengah masyarakat. Direktur Pusat Kajian Hadits Jakarta, KH. Ahmad Lutfi Fathullah menilai persoalan ini sebagai dorongan bagi cendekiawan Muslimah untuk menciptakan inovasi.
‘Wahai kaum perempuan, belajarlah setinggi-tingginya. Temukan masalah yang selama ini menghambat atau membahayakan perempuan, lalu carikan solusi,” kata Ustaz Lutfi kepada ROL, Rabu (8/7).
Menurut Ustaz Lutfi, para cendikiawan Muslimah, seperti ahli tekstil, ahli gizi, atau ahli kedokteran harus menciptakan alternatif. Mereka perlu dipacu melakukan penelitian dan penyelidikan untuk menemukan pembalut yang tidak membahayakan perempuan.
Ustaz Lutfi mengungkapkan, penemuan itu akan membawa banyak kemashlahatan bagi perempuan. Apabila selama ini alternatif pembalut yang tersedia di pasaran kurang terjangkau, tugas cendikiawan Muslimah menemukan bahan yang tidak membahayakan, sekaligus tetap terjangkau.
“Lembaga zakat-infaq atau baitul mal kasih dana untuk para peneliti yang menekuni penelitian-penelitian seperti ini. Kalau ditemukan, akan membawa manfaat besar bagi perempuan. Pahalanya juga akan mengalir terus selama produk itu dipakai,” kata Lutfi.
Lebih lanjut, ia menuturkan, haid bukan masalah perempuan hari ini saja. Haid juga sudah dialami perempuan sejak zaman dulu. Apa yang digunakan oleh para perempuan zaman dulu bisa diteliti sebagai sumber referensi.